Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dear David: Mencari Batas antara Fantasi Seksual dan Pelecehan Seksual

25 Februari 2023   18:13 Diperbarui: 25 Februari 2023   18:22 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, institusi sekolah jelas tidak menghormati ruang privat siswanya. Hal itu karena pihak sekolah tidak memberi keadilan bagi penyebar tulisan Laras. 

Arya yang jelas-jelas masuk tanpa izin ke blog pribadi Laras lepas dari hukuman. Sementara Laras yang tidak menyebarkan tulisannya harus menanggung semua akibatnya. 

Itu sebabnya, Laras menyebut jika ranah privat di sekolah SMA Cahaya seperti "tai kucing." Berfantasi seksual jelas tidak dilarang selama dalam batas tertentu. 

Dalam satu kutipan pidato Laras menyebut, "saya adalah manusia muda yang punya gairah dan perempuan yang sedang jatuh cinta."

Hal itu tidak salah. Hanya saja budaya kita bertolak belakang. Fantasi seksual seolah-olah hanya milik kaum lelaki. Jika ada perempuan yang memiliki hal itu dicap sebagai perempuan mesum bahkan liar. 

Padahal sama seperti lelaki, perempuan juga punya gairah seksual. Selain itu, citra sebagai perempuan mesum kerap disematkan pada mereka yang kerap mengumbar kemolekan tubuhnya.

Itulah yang dipotret dalam film ini. Sebelum Laras mengaku, Dilla dituduh sebagai penulis cerita karena ia kerap tampil vulgar di media sosial. 

Sementara Laras tidak dicurigai karena ia adalah anak berprestasi dan Ketua OSIS. Dengan citra itu, Laras dianggap lurus seolah-olah hal seksual jauh darinya. 

Glorifikasi

Perdebatan lain yang muncul dalam film ini adalah, sebagian pihak menyebut jika film ini mengglorifikasi pelecehan seksual oleh perempuan. 

Film inu dianggap menormalisasi pelecehan seksual yang dilakukan oleh perempuan. Padahal konsep cerita tersebut tidak demikian. Banyak yang menduga jika posisinya dibalik, maka film ini akan diboikot. 

Seandainya jika David yang berfantasi, maka perdebatan akan lain lagi. Baik laki-laki dan perempuan bisa menjadi korban pelecehan seksual. Hanya saja budaya patriarki membuat korban laki-laki sulit untuk bersuara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun