Untuk fisik sendiri tentu kita sudah tahu apa saja. Sementara nonfisik adalah pernyataan, gerak tubuh, atau aktivitas yang tidak patut dan mengarah kepada seksualitas dengan tujuan merendahkan atau mempermalukan orang lain.Â
Lalu, perbuatan Laras berfantasi dengan David apakah masuk pelecehan seksual atau tidak? Pada dasarnya, setiap manusia diberi gairah seksual oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, hal itu tidak bisa lepas dari manusia.Â
Hanya saja kita diberi akal agar dalam hidup tidak dituntun oleh gairah seksual saja. Gairah seksual muncul seiring berkembangnya fisik dan pemikiran manusia.Â
Begitu juga dengan Laras. Laras dalam film ini adalah seorang anak SMA yang tengah menuju ke dalam fase dewasa. Tentu gairah seksual juga muncul.Â
Maka, Laras memilih jalan paling aman untuk menyalurkan gairah seksualnya, yakni menulis cerita fantasi dengan David sebagai objeknya.Â
Apa yang dilakukan oleh Laras jelas bukan pelecehan seksual. Laras hanya berfantasi melalui David. Sejatinya fantasi bisa dilakukan di dalam pikiran. Tapi, Laras memilih menulisnya di dalam blog pribadi yang hanya bisa diakses olehnya.Â
Bagi saya, berfantasi seksual di ranah privat wajar. Hal itu sejurus dengan UU Pornografi, di mana dalam aturan itu seseorang diperbolehkan merekam segala bentuk aktivitas seksualnya "selama untuk kepentingan pribadi."
Laras jelas tidak salah karena berfantasi di ranah pribadi. Yang salah adalah orang yang tanpa izin masuk ke blog pribadinya lalu menyebarkan ceritanya.
Pelecehan seksual justru muncul setelah tulisan Laras menyebar dan pelakunya adalah teman-teman David. Misalnya saat David ditelanjangi oleh temannya di kamar mandi.Â
Atau siswa-siswa lain yang secara terang-terangan secara verbal menghayati setiap alur cerita yang ditulis Laras di depan David. Pun begitu dengan tatapan Ibu Kepala Sekolah yang melihat David penuh dengan gairah.Â
Bagi saya, itulah pelecehan seksual nonfisik sebagaimana disinggung di atas. Apa yang dilakukan oleh Laras jelas tidak karena ia hanya berfantasi di ruang privat. Kita pun tidak bisa menghakimi pikiran orang lain.Â