Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alasan Mengapa Pengendara Mobil Mewah Cenderung Arogan di Jalan

13 Februari 2023   11:08 Diperbarui: 13 Februari 2023   11:15 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengendara mobil arogan. | Foto: Shutterstock via KOMPAS.COM

Jagat dunia maya ramai oleh ulah pengemudi mobil fortuner yang arogan. Kejadian tersebut menimpa seorang sopir taksi online. Sang sopir mendapat intimidasi dari pengemudi mobil fortuner di Kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Minggu (12/02/2023).

Kejadian bermula saat sang sopir tengah mengantar penumpang keluar dari Gedung Office 8, Jalan Senopati, Senayan, Jakarta Selatan, sekitar pukul 02.00 WIB.

Ketika keluar dari pintu gerbang Gedung Office 8, sang sopir mengaku diadang oleh pengendara mobil fortuner. 

Karena diadang, sang sopir menyalakan lampu dim sebanyak empat kali. Pengemudi fortuner lantas memberi jalan dan memberi kata-kata kasar. Keduanya terlibat adu mulut. 

Setelah kejadian itu, pengemudi fortuner mengancam pengemudi taksi online. Kali ini, pengemudi fortuner itu terlihat membawa airsoft gun mainan dan anggar. 

Tak hanya itu, pengemudi fortuner juga merusak kaca depan mobil, lalu menabarkkan mobil fortunernya hingga mobil sopir taksi online itu rusak. 

Jika ditinjau kembali, fortuner dan pajero selalu menjadi perbincangan. Tapi, bukan mobilnya yang menjadi topik bahasan melainkan pengemudinya yang arogan. 

Kejadian di atas bukan yang pertama kali terjadi. Dari sederet kejadian itu, muncul satu pertanyaan mendasar, mengapa pengemudi mobil mewah cenderung arogan d jalanan? 

Apakah karena mobil mereka paling mahal dan menempati kasta teratas mobil sehingga meremehkan pengendara lain? Di balik itu semua, dalam satu studi, pengemudi mobil mewah memang cenderung arogan. 

Penelitian 

Dalam satu penelitian yang dilakukan oleh PNAS pada tahun 2012 menyebut, individu kelas atas cenderung melakukan hal tidak etis dibanding individu kelas bawah. 

Ada banyak sampel terkait penelitian ini. Salah satunya ketika individu-individu tersebu tengah mengendarai mobil. 

Dalam pengamatan itu, pengendara mobil mewah cenderung memotong antrean ketimbang menunggu gilirannya.

Selain itu, hasil riset juga menyebut pengemudi kelas atas ini cenderung memotong jalan pedestrian yang mencoba menyeberang persimpangan.

Dalam penelitian yang berbeda, Jan-Erik Lonnqvist, Profesor Psikologi Universitas Helsinki, mengamati bahwa pengemudi mobil mewah cenderung egois. 

Mereka cenderung mengabaikan hak pejalan kaki, dan lebih mungkin untuk melanggar peraturan lalu lintas.

Studi itu dilakukan dengan menyurvei hampir 2000 pemilik mobil di Finlandia. Pemilik mobil tersebut ditanya mulai dari merk mobil, kebiasaan mengemudi dan total kekayaan.

Kemudian studi dilanjutkan dengan penilaian kepribadian menggunakan five-factor model yang meliputi keterbukaan, kecenderungan kepada emosi negative (neuroticism), kesadaran, keramahan, dan ekstraversi.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa individu yang mengemudi secara agresif, arogan, dan sering melanggar aturan lalu lintas sering berasal dari kalangan dengan mobil mewah.

Hal itu terjadi karena secara tidak langsung mobil mewah adalah simbol dari kasta atas. Oleh karenanya, mereka yang memiliki mobil mewah cenderung merasa bahwa mereka berada di kelas sosial tinggi. 

Dengan status tinggi itu mereka merasa memiliki banyak power. Sehingga secara psikologis mereka sudah unggul daripada pengendara lain. Itu sebabnya, dengan power tersebut mereka cenderung arogan. 

Selain faktor mobil mahal yang dinilai bisa menaikkan status sosial, ada faktor lain yang membuat pengendara arogan. Salah satunya ketika pengendara dalam satu rombongan. 

Kecenderungan untuk arogan semakin tinggi. Hal ini bisa dilihat dari kovoi Moge yang dinilai arogan karena melanggar hak orang lain. 

Faktor lainnya adalah karena mereka menjadi bagian organisasi atau instansi tertentu. Sudah lumrah kita temukan seorang istri pejabat atau istri dari instansi penegak hukum selalu arogan di jalanan karena sekali lagi, secara power mereka kuat sehingga dengan power itu bisa mengintimidasi orang lain. 

Maka, komplit sudah jika ada pengendara mobil mewah plus ia merupakan bagian dari organisasi atau instansi tertentu. Jelas kecenderungan untuk arogan semakin kuat. 

Padahal ada degradasi moral dari mereka. Meski status sosial tinggi, atau menjadi bagian organisasi tertentu. Tapi pemahaman soal berkendara masih kurang sehingga mereka abai. 

Memiliki status sosial tinggi atau kendaraan mewah ternyata membuat seseorang hilang akal sehatnya. 

Efek jera

Kejadian di atas bukan yang pertama kali dan terus berulang. Artinya, ada satu hal yang membuat kejadian itu tak juga mereda yakni minimnya penegakkan hukum. 

Saya yakin, orang-orang yang memiliki kendaraan mewah tersebut sudah paham etika berkendara. Apalagi, untuk bisa berkendara harus memiliki izin. Tapi, jika tidak ada efek jera, maka kejadian serupa akan terus terjadi. 

Untuk itu, dalam kasus ini maka penegakkan hukum harus lebih ditekankan. Longgarnya penegakkan hukum pada mereka hanya akan menambah privilese mereka saja dan membuat mereka semakin arogan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun