Meski begitu, tidak sedikit yang menilai jika STY tengah pasang badan untuk Iwan Bule. Namun, sikap tersebut bagi saya adalah salah satu bentuk dari budaya timur yang memang seperti itu.
Di Jepang atau Korea Selatan jika seorang pemimpin merasa gagal maka ia akan mundur sebagai bentuk tanggung jawab moral. STY melakukan hal yang sama. STY merasa ia sudah menjadi bagian dari PSSI sehingga ia harus mundur.
Di sisi lain, unggahan STY itu disokong oleh pemain Timnas Indonesia yakni Asnwai Mangkualam. Menurut Asnawi, saat ini Iwan Bule masih yang terbaik untuk PSSI.
Lantas, apakah benar dengan apa yang disampaikan oleh Asnawi? Tentu untuk bisa melihat hal itu harus membandingkan dengan ketua PSSI lain sebelum Iwan Bule menjabat.
Namun perlu kita garisbawahi jika apa yang disampaikan oleh Asnwi adalah berdasarkan pengalaman pribadinnya. Yakni selama Asnawi membela Timnas Indonesia.
Kontroversi PSSI
Berbicara soal PSSI, tentu tidak lepas dari kontroversi. Pada masa kepemimpinan Nurdin Halid, tentu kita masih ingat jika Nurdin Halid pernah mengendalikan PSSI di balik jeruji.
Saat itu, Nurdin Halid divonis 2 tahun penjara atas kasus minyak goreng. Tentu hal itu tidak dibenarkan karena dalam statuta FIFA seseorang pemimpin Federasi harus tidak pernah terlibat dalam kriminal.
Belakangan statuta itu diotak-atik oleh Nurdin Halid sehingga ia masih bisa mengendalikan PSSI dari jeruji besi. Tentu hal ini sangat tidak dibenarkan dan tak pantas dipertontonkan ke publik.
Pada masa kepemimpinan Djohar Arifin Husein, tentu kita masih ingat saat itu ada dua kompetisi yang berjalan beringan yakni ISL dan IPL.
Mayortias klub menolak usulan IPL dan operatornya. Puncaknya adalah PSI sendiri terbelah menjadi dua kubu. Pada masa inilah muncul dualisme klub.