Sebelumnya, NasDem memiliki tiga kandidat untuk capres 2024 nanti. Ketiganya adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Memilih Anies adalah pilihan yang tepat. Dalam beberapa survei, elektabilitas Anies cukup tinggi meski masih di bawah Ganjar Pranowo. Akan tetapi hal itu jauh lebih logis dan minim risiko.
Hal itu karena Anies adalah independen tak terikat dengan partai lain. Lain lagi jika NasDem ingin mengusung Ganjar. Hal itu karena Ganjar adalah kader PDI-P dan jika ingin tetap memilih Ganjar, tentu hubungan kedua partai bisa bahaya.
Apalagi NasDem dan PDI-P satu koalisi. Di sisi lain, Ganjar juga menyebut ia adalah PDI-P. Tentu isyarat tersebut mengindikasikan jika Ganjar tidak akan pindah partai meski ada yang siap menampung.
Sementara Andika yang saat ini masih menjadi Panglima TNI tentu masih kalah dari kedua calon di atas. Itu sebabnya memilih Anies adalah pilihan yang paling aman karena Anies tidak terikat dengan partai mana pun.
Meski hitungan tersebut cukup matang, tapi tidak semua kader NasDem setuju dengan keputusan tersebut. Dilansir dari kompas.com, ada dua kader NasDem yang mundur usai Anies resmi diusung jadi capres.
Keduanya adalah Andreas Acui Simanjaya dari Kalimantan Barat dan Niluh Djelantik. Hal itu dibenarkan oleh Wakil Ketua NasDem Ahmad Ali. Ali juga menghormati pilihan kedua kadernyanya tersebut.
Di sisi lain, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga tidak mau kalah. Partai anak muda tersebut resmi mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Yenny Wahid sebagai capres dan cawapres.
Melalui Wakil Ketua Dewan Pembina PSI yakni Grace Natalie, Ganjar dipilih atas dasar hasil forum Rembuk Rakyat yang sudah digelar Februari lalu. Nama Ganjar selalu muncul paling atas.
Alasan Grace mengusung Ganjar adalah karena memiliki kesamaan visi antara PSI dan Ganjar. Terutama dalam menjaga kebangsaan dan kebhinekaan yang selama ini diperjuangkan oleh PSI.