Aksi Bjorka yang hobi spill data pribadi pejabat seakan didukung oleh warganet. Warganet bahkan meminta Bjora membuka kasus kematian Munir hingga mencari dokumen Supersemar.
Saya sendiri heran dengan permintaan mencari Supersemar. Jika saya tidak keliru, apakah di tahun itu sudah komputer sudah ada? Atau memang ada salinan resmi Supersemar? Yang jelas saya bingung dengan permintaan itu.
Namun ada satu hal yang menohok, salah satu netizen menyebut jika kemunculan Bjorka adalah untuk menutup kasus yang tengah terjadi saat ini. Seperti kasus Ferdy Sambo dan kenaikkan BBM.
Banyak yang menduga Bjorka adalah buzzerRp yang ditugaskan untuk mengalihkan isu tersebut. Lantas apakah itu benar atau tidak?
Misalnya untuk kasus Sambo. Alasan kasus Sambo banyak mendapat perhatian publik karena melibatkan instansi besar yang sehari-hari dekat dengan masyarakat yaitu kepolisian.
Apalagi dalam kasus ini instansi lain seperti Komnas HAM, LPSK, Menkopolhukam hingga DPR terlibat. Jadi rasanya wajar jika animo masyarakat tinggi apalagi dalam kasus ini melibatkan warga sipil.
Tentu kita masih ingat dengan kasus kopi sianida. Kasus tersebut sama mendapat perhatian khusus karena "pembunuhan berencana". Apalagi kasus yang sama melibatkan penegak hukum jadi animo masyarakat begitu tinggi.
Sejalan dengan kasus Sambo ada kasus lain yang minim mendapat perhatian publik, yaitu Surya Darmadi yang mengkorup uang sebesar Rp. 78 triliun.Â
Tapi perhatian pada kasus ini justru minim. Bahkan trending topic twitter hanya berisi tagar kasus Sambo. Lantas mengapa kasus ini minim perhatian?
Jawabannya sederhana. Kasus ini tidak secara langsung memberi dampak yang signifikan pada masyarakat. Beda hal jika kasus korupsi tersebut memberi dampak langsung pada masyarakat seperti kasus minyak goreng, maka animo masyarakat tinggi.
Jika kasus Bjorka hanya pengalihan isu, lantas mengapa orang-orang masih mewartakan kasus Sambo padahal pada tanggal 6 September 2022 lalu sebanyak 23 napi korupsi bebas bersyarat?