Di Amerika Serikat, produktivias pekerja menurun sebesar 2,5 persen pada kuartal kedua 2022 jika dibanding tahun lalu.Â
Menanggapi hal itu, perusahaan seperti Google memberi sinyal akan melakukan PHK. Di sisi lain, sebagian kalangan menilai pekerja dengan quiet quitting akan menempati daftar teratas PHK.
Selain itu, bertahan dalam pekerjaan dengan cara bekerja seminimal mungkin bisa melepaskan prospek karyawan untuk pindah dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Contohnya adalah pekerja minoritas di Amerika Serikat harus bekerja ekstra. Jika bekerja seadanya justru dinilai tidak bekerja dan tidak akan bekerja lama.
Namun, hal yang berbeda justru diungkap oleh Prepetual Guardian sebuah firma berbasis di Selandia Baru. Firma tersebut justru melakukan eksperimen memotong hari kerja menjadi empat hari dalam seminggu.
Cara kerjanya adalah selama dua minggu, sebanyak 240 pekerja diminta untuk bekerja selama delapan jam per hari selama empat hari dengan estimasi gaji tetap lima hari.
Kemudian setelah percobaan itu peneliti dari University of Auckland dan Auckland University of Technology mensurvei para karyawan.
Hasilnya adalah sebanyak 24 persen menyebut keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan (work life ballance) mereka telah meningkat.
Kemudian 7 persen merasa stresnya berkurang. Sementara itu, pimpinan perusahaan melaporkan tidak ada penurunan produktivitas sama sekali.
Di luar itu, perusahaan e-commerce di Amerika Serikat bernama Bolt mulai menerapkan sistem empat hari kerja secara permanen. Hal itu dilalukan setelah perusahaan melakukan uji coba tersebut.