Jika di Kejuaraan Dunia kali ini Hendra bisa merebut medali emas, maka dia akan sejajar dengan Lindan (China), Park Joo Bong (Korea), dan Zhao Yunlei (China) dengan raihan 5 medali emas sekaligus menjadi pemain ganda putera tertua yang merebut medali emas.
Capaian lain yang akan diraih Ahsan/Hendra jika berakhir menjadi juara adalah keduanya akan menjadi pasangan ganda putera tertua yang meraih medali emas.Â
Selain itu, jika Ahsan/Hendra meraih juara maka akan menyamai rekor ganda putera asal China Cai Yun/Fu Haifeng yang merebut gelar juara pada 2006, 2009, 2010, dan 2011.
Tentu capaian di atas sangat sulit dilakukan oleh atlet sebayanya. Di sisi lain, capaian Ahsan/Hendra harus menjadi acuan bagi juniornya untuk memecahkan rekor tersebut.
Waspada
Meski mengusung misi juara, tetap saja Ahsan/Hendra harus waspada. Lawan mereka di final adalah jagoan Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
Anak asuhan Rexy Maniaky tersebut sukses melaju ke final usai mengalahkan pasangan India Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty melalui rubber game dengan skor 20-22, 21-18, dan 21-16.
Rankireddy/Shetty bukan lawan enteng, selepas Mathias Boe menjadi pelatih, kini sektor ganda putera India menjadi lebih hidup. Bahkan Rankireddy/Shetty berhasil mengalahkan juara bertahan Takuro Hoki/Hugo Kobayashi melalui rubber game.
Tentu kita masih ingat pasangan ini pernah mengalahkan Ahsan di final Piala Thomas 2022 saat berpasangan dengan Kevin Sanjaya.
Di sisi lain, Aaron Chia/Soh Wooi Yik tentu mengusung misi yang sama, yaitu juara. Mengingat pasangan ini untuk pertama kalinya tampil di final Kejuaraan Dunia. Capaian terbaik mereka adalah menjadi semifinalis.
Tentu lawan akan memiliki ambisi besar yaitu merebut gelar juara perdana di final pertamanya. Motivasi itu tentu akan semakin kuat karena ingin menghentikan dominasi ganda putera Indonesia.