Giring juga tidak segan menyebut Anies adalah sosok pembohong. Tentu katanya Indonesia tidak akan baik jika dipimpin oleh orang semacam itu.
"Indonesia akan suram jika yang terpilih kelak adalah seorang pembohong dan juga pernah dipecat oleh Pak Jokowi karena tidak becus bekerja", ujar Giring (kompas.com)
Tidak hanya itu, Giring juga aktif mengkritik kebijakan Anies Baswedan. Misalnya dalam pembangunan JIS hingga penyelenggaraan Formula E.
Giring menyebut jika hal itu hanya boros anggaran apalagi kondisi ekonomi tengah lesu karena covid-19. Lebih baik anggaran itu dipakai untuk penanganan covid-19.
Menariknya, Anies Baswedan justru menanggapi nyanyian Giring tersebut. Ia bahkan mengundang grup band Nidji (band yang membesarkan Giring) untuk tampil di JIS.
Tentu itu merupakan sindiran halus dari Anies Baswedan. Giring kembali menyindir jika sound system terbaik ialah suara rakyat.
Gaya kampanye negatif itulah yang menuai kritik dari beberapa kalangan. Gaya kampanye itu jelas bisa mengurangi elektabilitas PSI. Hal itu bisa dilihat dalam survei Litbang Kompas.
Dalam survei itu elektabilitas PSI di bawah 1% yakni hanya 0,7%. Tentu angka ini di bawah perolehan suara pemilu 2019 lalu. Jika gaya kampanye tersebut diteruskan, bukan tidak mungkin suara PSI semakin merosot.
Kader yang membelot
Di bawah nahkoda Giring, PSI begitu aktif mengkritik Anies Baswedan. Namun, Giring harus menerima kenyataan jika di internal PSI sendiri terdapat dua kader yang membelot dan mendukung Anies Baswedan. Keduanya adalah Sunny Tanuwidjaja dan Surya Tjandra.
Sunny Tanuwidjaja bahkan serius dengan dukungannya terhadap Anies. Ia bahkan tidak terlibat lagi dengan kegiatan PSI dan telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris Dewan Pembina DPP PSI.
Menurut Grace Natalie, Sunny sudah tidak aktif lagi di PSI karena pilihan politik yang berbeda. Sedangkan Surya, secara terbuka menyatakan dukungannya pada Anies Baswedan.