Capaian tersebut tentu tidak buruk bagi partai politik yang baru tampil dalam pemilu. Kini, PSI siap mengarungi Pemilu 2024 dan beberapa manuver politik telah dilakukan.
Manuver PSI
Manuver yang dilakukan PSI belakangan menuai kritik. Misalnya, Raja Juli Antoni yang menjabat Sekjen PSI saat itu mendukung Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada Solo 2020 lalu.Â
Dukungan tersebut jelas tidak menggambarkan semboyan PSI sebagai partai yang anti politik dinasti. Dukungan tersebut juga tidak menggambarkan PSI yang selama ini begitu mengedepankan meritokrasi daripada pengaruh seseorang.
Kritik lain datang ketika PSI mencalonkan Giring Ganesha sebagai calon presiden. Eks vokalis Nidji tersebut kemudian ditunjuk menjadi Ketua Umum sementara Grace Natalie menjadi Dewan Pembina.
Giring yang diusung sebagai capres milenial PSI menuai beberapa tanggapan. Tentu semuanya juga sudah tahu jika hal itu hanya sebatas menaikkan pamor partai agar dalam pemilu 2024 nanti suara PSI bisa lebih baik.
Bagaimana tidak, niatan tersebut terlalu dini. Giring harus bersaing dengan nama-nama besar seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, hingga Anies Baswedan.
Nama Giring Ganesha bahkan tidak masuk dalam beberapa survei. Selain itu, niat Giring untuk nyapres jelas tidak mudah. Hal itu karena syarat untuk nyapres begitu berat.
Tentunya kita tahu di dalam Pasal 222 UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu diatur syarat ambang batas presiden sebabayak 20% kursi parlemen atau 25% suara sah nasional.Â
Aturan formil itulah yang mengganjal Giring untuk bisa nyapres. Itu sebabnya hal itu hanya salah satu cara untuk mendongkrak suara PSI pada pemilu 2024 nanti.
Di bawah kepemimpinan Giring, PSI kerap mengkritik kebijakan Anies Baswedan dengan kampanye negatifnya. PSI menjadi oposisi yang keras terhadap kebijakan Anies Baswedan.
Giring bahkan terang-terangan tidak akan mendukung Anies Baswedan pada Pemilu 2024. Alasannya beragam, Anies dinilai salah satu politisi yang mempolitisir agama.