Berbeda dengan kasus Brigadir J, pelaku hingga saksi terkait dengan instansi polisi. Satu hal yang pasti, kasus ini tidak sederhana dan masih banyak fakta yang belum terungkap. Itu sebabnya kasus Brigadir J menjadi lama.
Pihak keluarga Brigadir J menilai ada yang janggal dari kematian anaknya. Dari hasil otopsi, ditemukan beberapa luka seperti sayatan hingga gigi yang hilang. Pihak keluarga akhirnya meminta agar anaknya diotopsi ulang.
Melalui pengacaranya, kasus ini dinilai sebagai pembunuhan berencana setelah banyak bukti yang mengarah ke sana menurut pengacara keluarga Brigadir J.
Di luar itu, kepolisian harus bertinak secara profesional dan membuka kasus kematian Brigadir J secara transparan. Hal itu guna mengembalikan kepercayaan publik yang hilang.
Hal itu wajar, banyak asumsi menyebut jika TNI lebih baik dalam menindak para anggotanya. Contohnya adalah kasus tabrak lari di Nagreg. Tidak segan-segan pelaku dipecat dan mendapat hukuman berat.
Masyarakat menilai jika hal itu adalah bukti keseriusan TNI menindak anggotanya yang tersandung masalah hukum. Artinya ada komitmen dari Jenderal Andika dalam penegakkan hukum.
Meski begitu, publik juga harus menilai jika hal serupa juga terjadi pada instansi polri. Contohnya kasus yang melibatkan Napoleon Bonaparte, kasus tersebut ditangani dengan cepat dan lancar.
Dalam kasus penembakan yang terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo, masih banyak bukti yang harus diungkap dan tentu kasus ini tidak sederhana. Itu sebabnya kasus ini amat molor.
Semoga saja kasus penembakan terhadap Brigadir J mendapat titik terang. Kita juga berharap polri berlaku transparan dalam kasus ini sesuai dengan titah Presiden Joko Widodo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI