Kini, kesan Citayam Fashion Week sebagai kreasi kelas menengah ke bawah luntur setelah beberapa selebriti, kaum elit, dan politisi mengambil alih.
Perlahan-lahan, Citayam Fashion Week bukan lagi milik kaum-kaum sederhana tapi sudah mulai diambil oleh kaum elit. Padahal anak-anak Citayam yang nongkrong di kawasan Sudirman tersebut sangat menggambarkan kaum marjinal pada umumnya.
Berbekal uang Rp. 25.000 naik MRT dan jajan cilok sudah cukup untuk mereka. Tentunya keadaan itu jauh berbanding terbalik dengan mereka kaum elit ketika nongkrong. Satu gelas kopi harganya bisa lebih mahal dari bekal para remaja tersebut.
Kini, setelah kaum elit mulai mencuri panggung kreasi anak-anak kelas menengah ke bawah tersebut, beberapa pihak justru melakukan hal yang kurang pantas.
Perusahaan besutan Baim Wong yakni PT Tiger Wong Entertaiment baru-baru ini mendaftarkan merek dagang "Citayam Fashion Week" ke Departeman HAKI Jakarta.Â
Permohonan PT Tiger Wong tersebut teregistrasi dengan nomor JID2022052181. Permohonan itu diterima PSDKI Kemenkumham pada 20 Juli 2022.
Ada pun cakupan Citayam Fashion Week meliputi dunia hiburan. Nantinya merek yang didaftarkan Baim Wong itu meliputi layanan penyedia video online yang tak dapat diunduh, organisasi peragaan busana untuk tujuan hiburan, pelaksanaan pameran, peragaan busana, dan pameran kebudayaan untuk tujuan hiburan.
Bagi saya, perbuatan tersebut tidak etis. Pertanyaan mendasarnya adalah siapa yang menginisiasi Citayam Fashion Week? Apakah Baim Wong atau remaja-remaja tersebut?
Jelas yang menginisiasi adalah remaja polos tersebut. Namun segelintir orang justru memanfaatkan potensi ekonomi tersebut untuk kepentingan pribadi.
Bayangkan saja, cakupan merek dagang ini sangat luas termasuk di dalamnya peragaan busana. Jika diterima, anak-anak tersebut tidak akan bisa berlenggak-lenggok lagi di jalan dengan nama Citayam Fashin Week karena sudah dikuasi secara pribadi oleh seseorang.