Lantas, bagaimana menentukan empat tim yang berlaga tersebut? Ada tiga negara yang siap tampil karena secara peringkat lebih baik dari negara lainnya.
Untuk sisanya diperebutkan melalui babak kualifikasi. Akan tetapi, merujuk pada Goal Indonesia, saat ini babak kualifikasi sudah tidak ada dan tim yang berhak tampil ditentukan dari peringkat FIFA tertinggi.
Itu artinya, Indonesia tidak memiliki kesempatan untuk menjajal tim kuat seperti Jepang dan Korea Selatan karena saat ini Indonesia berada pada posisi ke-155 FIFA.
Kecuali jika sistem kejuaraan ini diubah total maka Indonesia bisa menjajal kekuatan negara-negara tersebut. Akan tetapi, jika tidak maka Indonesia tidak akan bisa tampil di kompetisi regional.
Tentunya ini menjadi kerugian bagi Indonesia mengingat perkembangan satu tim harus selalu bermain. Jika kesempatan bermain tidak ada, bagaimana Indonesia akan berkembang?
Sama seperti AFF, Jepang dan Korea Selatan mengirim pemain di liga mereka masing-masing. Pemain yang mentas di Eropa tidak ikut bermain. Artinya kompetisi regional ini untuk memberikan jam terbang bagi pemain-pemain lokal.
Tentunya ini berbeda dengan Indonesia yang bermain di Piala AFF. Indonesia bahkan sering memanggil pemain yang berkaries di luar negeri demi Piala AFF.
Klub sendiri sebetulnya bisa menolak karena AFF tidak masuk agenda FIFA. Tapi tidak dengan Jepang dan Korea Selatan, kekuatan tim mereka sudah merata dan tidak perlu melakukan hal semacam itu.
Selain itu, hal yang perlu dipertimbangkan PSSI adalah kompetisi junior. Mengingat kejuaraan EAFF hanya ditujukan untuk tim senior. Tentu ini menjadi kerugian bagi Indonesia karena untuk kategori junior sulit berkembang.
Masuk akal jika kejuaraan ini tidak ada untuk kategori junior. Hal itu karena pembinaan usia muda negara-negara tersebut baik dan bisa bersaing di Asia.
Tentu hal ini berbeda dengan Indonesia. Pembinaan usia muda kita masih belum rapi seperti Jepang dan Korea Selatan. Itu artinya timnas kita butuh kompetisi untuk mengasah kemampuan.