Belum lama ini, rendang babi kembali viral. Bahkan, sang pemilik kedai yakni Sergio tidak tahu jika usahanya viral padahal sudah tutup dua tahun lalu.
Babiambo, begitulah nama restonya dinilai melecehkan masyarakat Minang. Pasalnya, makanan padang identik dengan halal.
Hal itu karena makanan padang kaya akan filosifis dalam pembuatannya. Meski saya mengira "merendang" adalah salah satu teknik memasak layaknya menumis, menggoreng dan sebagainya.
Dari kasus itu kemudian muncul anggapan jika makanan kini telah memiliki identitas "agama." Nah, di luar itu ternyata jika kita teliti lebih jauh, makanan pun memiliki identitas gender.Â
Di antara teman-teman tongkrongan, saya satu-satunya orang yang tidak merokok dan ngopi. Teman-teman saya kerap menggoda jika rokok dan kopi adalah perpaduan sempurna dalam hidup.
Meski saya pernah mencoba, tapi saya tidak bisa menemukan kenikmatan di balik asap rokok dan kandungan kafein dalam kopi.
Akhirnya, ketika ngumpul teman-teman selalu berkata ngarokok atuh kawas lain lalaki, maenya eleh ku awewe (ngerokok dong kaya bukan lelaki, masa kalah sama perempuan).
Begitu juga ketika ngopi, saya memang tidak bisa menikmati kopi. Antara minum kopi dan minum susu hangat tidak ada bedanya. Tidak sampai lima menit kopi sudah hilang dari gelas.
Sama halnya dengan rokok, cara saya minum kopi pun menjadi perbincangan. Hal itu karena tak seperti pria umumnya yang lebih bisa menikmati kafein di dalamnya.
Begitu juga dengan makanan, coba Anda pergi ke luar rumah kemudian cari tukang seblak, bakso aci, atau bakso apa pun. Entah itu pinggir jalan atau kafe.