Pertama mengundang konten kreator lain agar kontennya viral dan fyp di tiktok. Kedua, banyak anak-anak yang ingin diwawancarai karena ingin viral via jalur tiktok meski harus menciptakan hubungan palsu.
Beberapa selebriti yang dulunya hanya joget di tiktok kini meraup kepopuleran dan mendapat tempat tersendiri. Itulah sebabanya banyak yang mencari cara agar bisa terkenal melalui platform satu ini.
Salah satunya konten wawancara di atas seperti Jeje. Apalagi pengguna tiktok di Indonesia banyak sekitar 92 juta orang. Belum lagi di tiktok terdapat challenge yang membuat satu konten terus melejit.
Popularitas, itulah yang ingin dicari oleh anak-anak di atas. Tidak salah memang jika ingin terkenal. Hanya saja yang disayangkan adalah cara untuk menjadi terkenal itu sendiri.
Seperti yang sudah dibahas, bocah-bocah di atas membuat hubungan palsu agar bisa diekspos dan viral. Di luar itu, fenomena di atas pada akhirnya hanya ingin mencari keuntungan semata.
Konten kreator ingin kontennya viral dan mendapat keuntungan ekonomi. Di sisi lain, para bocah itu ingin viral dan berharap bisa menjadi terkenal seperti orang-orang di atas.
Baik konten kreator mau pun bocah-bocah tersebut sama-sama ingin viral. Konten kreator ingin kontennya ditonton banyak orang. Sedangkan di bocah ingin dirinya terkenal dan wara-wiri di dunia hiburan.
Namun, kembali lagi popularitas sesaat tidak akan berjalan lama. Tentu kita masih ingat dengan kejadian Zinidin Zidan. Ia awalnya hanya seorang pengamen dan viral.
Tapi, karena tingkahnya popularitas itu justru hilang. Viral dengan cepat bisa juga hilang dengan sekejap. Itulah konsekuensi yang harus diterima.
Hanya saja yang saya sayangkan adalah bocah-bocah ini melakukan sesuatu hal yang tidak perlu. Mereka membuat hubungan palsu demi kepopuleran semataÂ
Bagi saya ini sangat disayangkan apalagi rata-rata usia mereka masih labil. Jika gaya hidup mereka seperti itu, saya tidak tahu ke depannya akan seperti apa.