Akan tetapi, kita tentu bertanya. Mengapa terdakwa mendadak agamis saat menjalani persidangan? Tentu ada alasan tersendiri mengapa mereka seperti itu.
Alasan psikologis
Percaya atau tidak, pakaian memiliki semacam "kekuatan" untuk memengaruhi persepsi seseorang. Hal itu memang benar adanya dan bisa berpengaruh pada penilaian orang lain.
Apa yang terlintas pertama kali ketika melihat seorang TNI dengan seragam lengkap? Tentu terlintas di dalam pikiran kita TNI tersebut sangat gagah, tegas, berwibawa. Karena seragam itulah kita seakan terintimidasi.
Begitu juga dengan seorang polisi. Tentu kita akan takut jika ada operasi tilang apalagi jika banyak polisi di sana. Tapi, itulah sisi psikologis dari pakaian.
Itu sebabnya penegak hukum, TNI, dokter, dan profesi lain memiliki seragam. Hal itu untuk menunjukkan otoritas seseorang. Misalnya pintar, gagah, berpendidikan, dan lain-lain.
Pengaruh seragam terhadap psikologis seseorang telah dibuktikan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bickman di tahun 1974.
Baca juga: Ketika Good Looking Masuk ke Ranah Pilpres Amerika Serikat
Penitian itu berjudul "The Social Power Of a Uniform" yang dimuat di Journal of Applied Social Psychology.
Bickman melakukan uji coba sederhana. Bickman membuat tiga model berbusana. Busana pertama bergaya kasual layaknya warga sipil.
Busana kedua berbusana layaknya seorang penjual susu. Busana ketiga berseragam abu-abu selayaknya seorang polisi.
Ketiga model itu kemudian diminta untuk memerintah pada orang lain secara acak seperti memungut kertas, berderma, dan menjauh dari halte.