Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Short Attention Span: Ketika Durasi Fokus Manusia Lebih Buruk dari Ikan Mas

18 Februari 2022   10:53 Diperbarui: 27 Mei 2022   22:59 6404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kita mengalami saat membaca buku baru beberapa paragraf sudah bosan atau mengantuk? Atau justru lupa dengan isi paragraf-paragraf sebelumnya?

Cobalah alihkan fokus ke ponsel lalu buka media sosial. Mau berapa jam pun kita akan tetap fokus bermain media sosial. Mengapa bisa begitu?

Aktivitas manusia modern yang lazim dilakukan saat ini ialah scroll. Entah itu scroll instagram, tiktok, stalking mantan, scroll online shop yang gak dibeli-beli atau scroll kompasiana.

Menggulirkan layar hp adalah kegiatan yang lazim kita jumpai. Tak heran, media sosial bisa membuat orang menjadi candu, lebih dari itu, manusia saat ini sangat candu dengan internet.

Padahal, candu dengan internet atau media sosial bisa membuat kita sulit fokus atau bahasa bekennya short attention span. Apa itu?

Definisi

Short attention span adalah kondisi yang dapat menyebabkan seseorang sulit fokus saat melakukan suatu kegiatan dalam durasi yang lama.

Secara umun short attention span bisa terjadi karena beberapa faktor. Misalnya depresi, cidera kepala, hingga internet.

Depresi dan cidera kepala tentu bisa membuat seseorang kurang fokus. Depresi adalah salah satu penyakit mental, depresi sering dianggap hal biasa oleh masyarkat kita.

Padahal, tidak sedikt dari penderita depresi memilih untuk bunuh diri. Jadi, tekanan yang besar tersebut masuk akal jika membuat seseorang sulit fokus. Lalu bagaimana dengan internet? 

Beberapa penelitan telah menunjukkan bahwa internet khususnya media sosial telah membuat manusia mengalami penurunan fokus. 

Seperti yang sudah disinggung di atas, scrolling adalah kegiatan yang lazim kita temui saat ini. Faktanya, terlalu lama menghabiskan waktu dengan scrolling online shop bisa membuat kita kurang fokus.

Dilansir dalam psychologytoday, kegiatan belanja online rentan membuat seseorang menjadi kurang fokus. Aktivitas tersebut membuat seseorang lamban merespon sesuatu, mudah terdistrek, hingga sulit berkonsentrasi. 

Begitu juga dengan kegiatan scroll yang lain seperti media sosial. Ketika kita stuck dalam pekerjaan dan mencari inspirasi, media sosial atau internet bukan jalan yang tepat.

Internet bisa membuat seseorang kurang efisien dalam mengolah informasi yang banyak secara bersamaan. Hal itulah yang menjadikan sulit fokus.

Bahkan, dalam penelitian lain seorang pekerja hanya akan fokus selama 40 detik dan setelah itu mereka akan melakukan hal lain. Membuka situs internet bahkan media sosial yang tidak ada hubungannya adalah godaan yang tidak bisa dihindari.

Jadi, niat awal membuka media sosial atau internet untuk mencari informasi malah menghabiskan waktu terlalu lama dan membuat sulit fokus dalam mengolah informasi yang banyak.

Dampak internet dalam penurunan fokus dikemukakan dalam penelitian yang dilakukan oleh microsoft. Hasilnya cukup mencengangkan. Dalam penelitan itu durasi fokus manusia lebih buruk dari ikan mas.

Microsoft mengemukakan, dalam kurun waktu tahun 2000 ketika internet mulai masuk, durasi penurunan fokus manusia berkurang dari 12 detik menjadi 8 detik.

Durasi fokus manusia tersebut lebih rendah dari ikan mas koki yaitu 9 detik. Jadi, kita kalah fokus 1 detik dari ikan mas koki.

Microsoft berteori, penurunan fokus terjadi ketika berkembangnya internet ke seluler. Hal itu diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan pada orang-orang yang beda generasi.

Untuk kelompok usia 18-24 tahun, 77 persen dari mereka akan menghabiskan waktu bermain internet ketika senggang. Sedangkan untuk kelompok usia 66 tahun hanya sekitar 10 persen.

Penurunan fokus terjadi karena seseorang mengalami "Fear Of Missing Out" (FOMO) alias ketakutan akan tertinggal informasi baru. Hal inilah yang membuat seseorang terus scroll media sosial.

Media sosial apalagi twitter menyediakan fitur peristiwa terkini, sehingga banyak muda-mudi yang tidak ingin ketinggalan informasi baru alias tidak ingin kudet (kurang update).

Jadi, dari penelitian di atas menunjukkan jika adanya teknologi tidak selalu membawa manfaat bagi kita. Apalagi fitur-fitur media sosial yang canggih.

Hal itu membuat penggunanya semakin betah. Salah satunya adalah fitur video pendek yang ada di instagram, tiktok, maupun youtube.

Jika kita terbiasa mengkonsumsi konten pendek seperti itu, maka kita akan kesulitan fokus jika mengerjakan sesuatu dalam waktu yang cukup lama, misalnya membaca tadi.

Tidak hanya membaca, penurunan fokus juga bisa terjadi pada pekerjaan apalagi jika pekerjaan tersebut bersentuhan dengan komputer. Berselancar di dunia maya hanya akan membuat kita tidak fokus dan pekerjaan menjadi tertunda.

Solusi

Lalu, bagimana caranya agar kita bisa tetap fokus dalam melakukan suatu kegiatan, apalagi kegiatan tersebut menyita waktu banyak?

Solusi yang bisa kita lakukan sebetulnya mudah tapi sulit dilakukan, yaitu matikan ponsel kita. Jika tidak begitu, tangan kita akan terus tergoda untuk bermain ponsel dan membuang waktu di sana.

Jika kita butuh inspirasi atau referensi dalam pekerjaan, sebaikanya catat referensi tersebut ke dalam buku, sehingga kita tidak bolak-balik membuka internet.

Lebih jauh dari itu, carilah sumber referensi dari buku alias offline. Hal itu jauh akan membuat kita lebih fokus, atau bisa juga dengan berdiskusi.

Selain menjauhkan ponsel, cara lain yang bisa dilakukan agar bisa fokus adalah rajin berolahraga. Setidaknya lakukan olahraga selama 30 menit dalam sehari. Hal itu bisa membuat kesehatan mental kita lebih baik.

Lebih dari itu, kita juga perlu asupan nutrisi yang baik dan tentunya istirahat yang cukup. Dengan waktu istirahat yang cukup, tubuh akan terasa bugar dan kita akan lebih fokus dalam melakukan pekerjaan.

Banyak faktor yang membuat penurunan fokus kita, jika tidak bisa melakukan semua cara di atas, setidaknya batasi bermain media sosial atau internet.

Tingkatkan kualitas hidup dengan aktivitas lain di dunia nyata, misalnya bersosialiasasi. Jika butuh inspirasi, lebih baik berdiskusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun