Diakui atau tidak, beban kerja saat pemilu 2019 sangat berat. Bayangkan saja, jam 7 pagi kami sudah mulai bekerja dan bersiap untuk melaksanakan pemilu.Â
Dari seluruh rangkaian, beban kerja yang paling berat adalah saat penghitungan suara. Apalagi penghitungan suara masih dilakukan secara manual.
Untuk penghitungan suara capres tidak memakan waktu. Hal itu karena jam 3 sore sudah selesai beserta dengan berita acara. Akan tetapi, untuk anggota legislatif memakan banyak waktu. Â
Kami dan anggota KPPS lain harus menghitung perolehan suara anggota DPR, DPRD Privinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD RI. Semuanya dihitung satu per satu.Â
Proses perhitungan ini jujur memakan waktu yang lama. Apalagi sebelum perhitungan harus menyusun kertas perolehan suara yang jumlahnya berlembar-lembar.Â
Ketika nomor sekian dinyatakan sah, maka saya harus membolak-balik kertas suara itu untuk ditulis perolehan suaranya. Proses inilah yang menyita banyak waktu.Â
Saya yang ditugaskan untuk menulis harus berdiri berjam-jam dan harus menghafal setiap halaman calon anggota bahkan nomor urut partai.Â
Setelah itu, kami harus menyusun berita acara yang cukup tebal beserta isinya. Sekitar jam dua dini hari, kami beserta anggota KPPS lain masih mengisi berita acara.Â
Ketika orang lain nyenyak tidur, dini hari buta kami masih bekerja. Bahkan, di TPS hanya menyisakan KPPS, saksi, dan pengawas saja. Inilah beban kerja berat yang saya maksud.Â
Tugas saya sebagai KPPS baru selesai saat adzan subuh berkumandang. Ketika kotak suara hendak dikirim, banyak petugas dari kepolisian yang kelelahan karena harus mengamankan pemilu.Â
Dilihat dari wajah dan matanya yang berkantung, para petugas kepolisian sama mengalami kelelahan. Begitu juga kami para petugas KPPS yang menjadi relawan demokrasi.Â