Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tidak Hanya Orang, Artikel Juga "Wajib" Dikarantina

21 Desember 2021   06:52 Diperbarui: 21 Desember 2021   10:06 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gak nyambung. | Via: CNBC Indonesia

Selama aktif menulis di Kompasiana sejak Februari lalu, saya tidak pernah mendapat notifikasi apapun terkait dengan artikel yang saya anggit di blog bersama ini. 

Mungkin saja artikel saya receh dan tidak menimbulkan akibat apapun. Beberapa waktu lalu, penulis-penulis politik kerap protes pada admin karena artikel yang mereka anggit sering dikandangin lebih dulu sebelum tayang. 

Alasannya artikel tersebut dinilai bisa membuat kegaduhan dan bisa berakibat buruk pada interaksi di blog bersama ini. Mungkin saja admin ingin agar rumahnya tetap kondusif, jauh dari kebisingan. 

Agar situadi kondusif tersebut terjaga, maka artikel yang lolos dari karantina tidak muncul di beranda. Bahkan, ketika kita klik kolom pilihan editor, artikel yang telah dikarantina tidak akan muncul meski mendapat label pilihan.

Lebih nahas lagi, jika akun penulis masih centang hijau, maka label pilihan bisa saja tidak ada. Artinya admin menilai itu sebagai artikel yang tidak layak. 

Tujuan dari itu jelas agar artikel yang telah dikarantina tadi tidak banyak dibaca dan sulit ditemukan oleh kompasianer lain. Jadi, keamanan alias kondusifitas di rumah ini berjalan dengan baik. 

Begitulah cara tuan rumah untuk menjaga keamanan dan kenyamanan untuk para penghuninya. Dua artikel saya pernah dikarantina oleh admin, artikel pertama membahas soal insiden bunuh diri NW. 

Artikel kedua yang baru saya unggah kemarin terkait vonis Rachel Venya. Saya unggah artikel itu sebelum maghrib, kira-kira pukul setengah 6. Tapi sekitar jam 8 lebih artikel itu baru terbit setelah menjalani karantina dari admin. 

Alasannya isi artikel saya bisa memicu kegaduhan di rumah ini. Padahal, saya hanya menganalisa vonis Rachel dari sisi ilmu hukum yang saya pelajari. Saya hanya ingin meluruskan terkait hal yang beredar selama ini. 

Sebelum menulis artikel itu, saya terlebih dulu membuka buku hukum pidana karangan Siantuiri dan KUHP agar artikel saya lebih bernas. Dengan modal riset kecil-kecilan itu, saya rasa artikel sudah aman. 

Namun, penilaian admin bertkata lain. Artikel itu harus ditinjau oleh admin dan tenggelam entah kemana. Masih untung ada yang membacanya. Saya tidak akan menjelaskan isi artikel itu apa, jika penasaran silakan baca di sini.

Ternyata untuk menuangkan ide saja harus begini toh. Tapi, saya gak ngambek. Tulisan ini tidak ditujukan sebagai bentuk protes pada admin, hanya ingin berbagi saja jika penulis picisan seperti saya pernah mendapat peringatan. 

Padahal, saya ingin menulis serius tapi yasudah. Mending nulis yang enteng lagi atau bahas spoiler anime. Jadi, jika ingin artikel aman jangan cari isu yang membuat admin ngambek. 

Jika sudah begitu, admin akan menghukum dengan karantina artikel. Selain itu, label pilihan pun bisa saja dicabut. Ketika akun ini hijau daun, saya pernah mengulas soal karyawan makanan cepat saji asal Amerika yang demo itu. 

Di sini saya hanya membahas hak mereka saja. Ketika artikel itu terbit, sebagai akun hijau daun tentu begitu menunggu label pilihan tersemat di balik kategori artikel. 

Label itu akhirnya muncul juga, beberapa jam kemudian label pilihan itu hilang. Pada saat itu, saya menyangka jika tulisan saya jelek. Jadi, mungkin admin salah memberi label. 

Jadi saya putuskan untuk menghapusnya. Mungki admin khilaf memberi label tersebut, atau bisa jadi kelelahan karena harus kerja begitu keras.

Dari situlah ketika akun ini hijau, saya jadi takut jika label pilihan sewaktu-waktu dicabut oleh admin. Mungkin hal yang sama pernah dialami oleh penulis lain. 

Adanya karantina artikel jujur saja membuat orang malas menulis lagi. Buktinya para penulis politik perlahan angkat kaki. Tapi yoweslah, sing penting nulis meski yang baca cuma satu orang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun