Anime Kimetsu no Yaiba Disebut Kampanyekan Poligami, Benarkah Demikian?

Salah satu anime yang ditunngu oleh pecinta anime adalah Kimetsu no Yaiba alias Demon Slayer. Sebelumnya anime ini telah menamatkan season pertamanya dengan jumlah 26 episode. 

Pada 2020, anime season 1 berlanjut pada movie yang berjudul Mugen Train Resha. Movie tersebut kemudian diadaptasi lagi dalam beberapa episode animen.

Setelah menamatkan arc mugen train, arc yang paling ditunggu-tunggu oleh fans adalah arc taman hiburan. Secara resmi, arc ini rilis pada tanggal 5 Desember lalu. Kini sudah memasuki episode ketiga. 

Demon slayer berkisah tentang seorang remaja bernama Kamado Tanjiro. Tanjiro adalah seorang pemburu iblis. Kehidupan Tanjiro semakin sulit ketika keluarganya dibantai oleh iblis (oni).

Hanya dirinya dan adiknya yang bernama Nezuko yang selamat. Namun, Nezuko sendiri berubah menjadi iblis karena digigit iblis, tapi Nezuko tidak memakan manusia meskipun sekali-kali berontak. 

Tanjiro kemudian bertemu dengan seorang hashira bernama Tomiyoka Giyuu yang tengah memburu iblis. Giyuu berniat membunuh Nezuko. Tapi Tanjiro meyakinkan pada Giyuu jika adiknya berbeda dengan iblis lain. 

Giyuu kemudian menyuruh Tanjiro agar belajar ilmu pedang pada seorang mantan hashira sekaligus guru Giyuu yang bernama Urokudaki. Tanjiro pun berhasil menjadi seorang pemburu iblis, tapi masih pemula dan belum setingkat hashira. 

Pada arc kali ini, Tanjiro bekerja sama dengan seorang hashira bernama Tengen Uzui untuk membasmi iblis kelas atas, atau biasa disebut kelas bulan. Iblis tersebut diam dan bersemayam di taman hiburan. 

Taman hiburan di sini berupa tempat pelacuran. Si iblis yang digambarkan sebagai perempuan, menyamar menjadi pelacur kelas atas karena paras cantiknya. Akan tetapi, tidak ada yang menyadari jika si wanita cantik itu adalah iblis pemakan manusia. 

Maka, setiap ada pelacur cantik yang dibeli oleh si empunya rumah pelacuran, si iblis akan terpikat dan memakannya. Tidak ada yang tahu pelacur-pelacur itu hilang kemana. 

Perlu diketahui, di dalam manganya dijelaskan jika pemilik rumah pelacuran mencari "pekerja" melalui penjualan orang yang tidak merdeka alias budak. 

Para budak perempuan yang memiliki wajah rupawan kerap dijual ke rumah pelacuran dengan harga tinggi. Di sisi lain, yang empunya rumah pelacuran akan mematok harga tinggi untuk pekerja yang memiliki paras cantik. 

Perihal jual beli budak ini bisa kita lihat dari manganya. Tanjiro, Inosuke, dan Zenitsu yang bekerja sama dengan Tengen Uzui terpaksa harus menyamar menjadi seorang perempuan. Padahal, sebelumnya Uzui meminta perempuan untuk dijadikan alat transaksi seperti itu. 

Tengen kemudian menjual mereka bertiga ke tempat pelacuran dan sekaligus bertugas menjadi mata-mata. Di sisi lain, tugas Tengen yang sebenarnya adalah menyelamatkan istri-istrinya. Inilah yang dikritik oleh sebagian kalangan yang disebut kampanyekan poligami. 

Tengen Uzui yang merupakan seorang ninja memiliki tiga istri. Istri tersebut memiliki kemampuan luar biasa, khususnya dalam dunia ninja. Tengen mengutus ketiga istrinya untuk menjadi pelacur di taman hiburan. 

Tugasnya tidak lain adalah untuk mencari informasi keberadaan si iblis. Di sini sebagian kalangan menyebut jika apa yang dilakukan oleh Uzui mencerminkan sikap misogini. 

Hal itu karena Tengen dengan kuasa penuh bisa menyuruh ketiga istrinya menjadi detektif dan secara tidak langsung menjadi pelacur itu sendiri. Inilah yang dikritik oleh fans.  

Selain itu, jika melihat di manganya, ketiga istri Tengen Uzui seperti rela atas perbuatan Tengen itu sendiri. Mereka bertiga bedalih justru ingin lebih berguna untuk Uzui.

Maka ketika Tengen menyuruh ketiga istrinya untuk menjadi mata-mata, mereka dengan senang hati melakukan itu. Inilah yang ditentang sebagian kalangan perempuan.

Kehidupan Uzui yang beristri tiga, kemudian dengan bebas menyuruh ketiga istrinya menjadi detektif dianggap sebuah hinaan dan merendahkan martabat perempuan. 

Selain itu, lokasi arc kali ini yaitu tempat pelacuran juga menjadi kontroversi sendiri. Hal itu bisa dilihat bagaimana cara pemilik rumah pelacuran mencari pekerjanya, yaitu membeli seorang budak perempuan.

Padahal, praktik perbudakan seperti itu jelas dilarang. Tapi, tidak sedikit juga yang menyebut jika ini hanya anime dan tidak perlu dipermasalahkan.

Setiap orang memang memiliki sudut pandang berbeda, termasuk dalam menilai anime. Beberapa anime juga ada yang memakai simbol untuk mengampanyekan sesuatu atau simbol perlawanan tertentu. 

Misalnya dalam anime Attack on Titan, simbol anti semit dan gambaran Nazisme terlihat jelas. Tapi, bagi saya itu adalah kreativias dari sang mangaka.

Mereka memiliki cara tersendiri untuk mengampanyekan sesuatu. Namun yang jelas, anime ini jelas tidak layak ditonton untuk anak-anak. Sebaiknya awasi kembali tontonan anak anda di rumah.

Apapun bentuknya, poligami sendiri masih kontroversi. Saya pribadi tidak setuju dengan konsep poligami. Jadi, saya sebagai penikmat anime hanya bisa menilai jika ini hanya bumbu semata agar cerita lebih menarik. 

Jadi, agar anime ini tidak dikomsumsi oleh anak-anak, maka awasi. Meskipun anime itu bergambar dua dimensi, akan tetapi tidak selamanya bisa dinikmati oleh anak-anak. Khususnya dari jalan ceritanya.