Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nepotisme dan Kekuatan "Orang Dalam" yang Masih Dilestarikan

11 Desember 2021   06:05 Diperbarui: 11 Desember 2021   06:05 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pihak sekolah yang panik berdalih jika salah ketik, kemudian mencoret nama perempuan itu dan diganti dengan nama saya. Aneh sekali. Tidak hanya berhenti di situ, ketika pembagian kelas pun nama saya tidak tercantum di dalam daftar. 

Dari ratusan murid yang dipanggil, nama saya dan "beberapa siswa" tidak ada dalam daftar. Saya yang waktu itu hanya anak ingusan tak tahu menahu soal itu, kemudian aang guru membawa "murid-murid" yang tak ada dalam daftar ke ruangan. 

Sang guru kemudian mengeluarkan daftar "kedua." Di situ nama-nama yang tidak ada dalam daftar pertama terkumpul. Kemudian sang guru menempatkan murid tersebut ke kelas yang disebutkan. 

Hanya nama saya yang masih tidak ada dalam daftar. Sang guru kemudian menempatkan saya di kelas paling ujung, saya masih ingat sampai saat ini, kelas saya adalah kelas VII K. 

Karena masih anak-anak, saya iseng bertanya kepada teman saya berapa nilai UN mereka. Saya terkejut, ternyata banyak teman sekelas saya yang nilai UNnya di bawah dan tak memenuhi standar masuk sekolah negeri ini. 

Kejadian belasan tahun itu baru terpikir sekarang. Nepotisme, suap menyuap seakan menjadi hal lumrah dalam beberapa bidang. Ketika itu, sempat heboh anak Ridwal Kamil tidak masuk sekolah negeri karena tidak memenuhi syarat. 

Momen itu seharusnya hal biasa jika praktik kotor tersebut tidak ada. Akan tetapi, momen tadi seakan langka, apalagi jika yang bersangkutan memiliki hubungan yang kuat dengan kekuasaan. 

Nepotisme tak hanya terjadi dalam lingkup yang saya sebutkan di atas. Bahkan terjadi dalam ranah politik. Di Banten misalnya, hampir semua kepala daerah di sana diperintah oleh keluarga sehingga membentuk dinasti.

Meskipun pemilihan dikembalikan pada rakyat, akan tetapi proses penetapan calon pemimpin yang diusung oleh partai tidak bisa lepas dari nepotisme. 

Apalagi, jika partai politik tersebut didirikan oleh keluarga tertentu. Maka posisi sentral di partai pasti tidak akan jauh dari keluarga. Begitulah kenyataan sebenarnya. 

Meskipun ada yang menyebut jika nepotisme itu boleh, asalkan orang yang bersangkutan benar-benar memiliki kapasitas mumpuni. Tetap saja hal itu hanya akan menghilangkan persaingan semata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun