Para pribumi ini dimaksudkan untuk mengisi acara pada kategori Java Village. Mereka menempati lahan yang luas, di lahan tersebut terdapat rumah tradisional dan mereka harus menempati rumah itu.Â
Para pribumi kita saat itu disuruh untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti di rumah sendiri. Faktanya, para pribumi kita tidak dibayar sama sekali dan hanya menjadi alat untuk menghasilkan laba saja.Â
Sejarah kelam di atas begitu merendahkan harkat dan martabat manusia. Perbuatan di atas seolah-olah menyebut bahwa bangsa di luar Eropa tak jauh dari primata saja.Â
Padahal, seharusnya mereka sadar bahwa nenek moyang mereka alias kita adalah sapiens yang bermigrasi dari Afrika. Jadi, perbedaan ras seharusnya sudah hilang di muka bumi jika kita sepakat dengan teori itu.Â
Itu artinya, nenek moyang kita sama hanya saja kondisi geografis wilayah yang membuat genetika kita berbeda. Jadilah ada yang berkulit putih, sawo matang, hitam, bermata biru, rambut pirang hingga ikal.
Atau jika kita menyebut bahwa kita adalah anak cucu Adam. Sudah selayaknya perbedaan ras itu hilang jika kita sepakat dengan hal ini.Â
Tidak ada tempat bagi rasisme di muka bumi ini. Tidak ada satu alasan apapun bahwa bangsa tertentu memiliki derajat lebih tinggi dari bangasa lain. Kita semua sama, homo sapiens.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H