Meskipun berbaik hati dengan rokok, tapi perihal korek api rasanya sulit. Rokok sudah ada di meja, tapi tidak ada yang mau mengeluarkan korek api. Padahal, tanpa korek rokok tidak berguna.Â
Bahkan ketika hendak merokok selalu ribut soal korek. Katanya meskipun harga korek lebih murah dari rokok, tapi orang ogah membelinya. Entah mengapa bisa demikian.Â
Selain itu, hilangnya korek secara misterius bisa memantik pertikaian kecil di antara perokok. Bagi saya itu adalah hiburan sendiri. Saya pernah jahil satu kali, saya diam-diam mengambil korek.Â
Maka keributan terjadi, mereka pun saling tuduh menuduh. Saya aman dari tuduhan karena tidak merokok, padahal saya yang memgambilnya. Mereka berpendapat bahwa korek lebih berharga daripada rokok.Â
Katanya sih, bukannya mereka tidak mau membeli korek, tapi misteri korek yang hilang ketika nongkrong membuat orang enggan membawa korek. Bahkan, korek hanya disimpan di rumah saja tidak dibawa ke tempat nongkrong.Â
Itu yang teman-teman saya lakukan. Jadi, korek api lebih berharga daripada rokok. Saya memang asyik mengamati kelakuan orang yang merokok.Â
Ada yang dermawan rokok ada juga yang pelit karena rokok. Bahkan hanya bawa korek saja karena rokok jauh mudah didapat. Hal itu saya pernah amati ketika KKN.Â
Ketika beres makan, teman saya yang dermawan langsung berbagi rokok. Tapi ada satu teman saya yang bisa dibilang irit. Dia tidak pernah mengeluarkan rokok dalam kantungnya.Â
Padahal ia punya rokok, ia hanya merokok satu batang tanpa mengeluarkan bungkus rokok tersebut. Perihal rokok ini memang sensitif, teman saya bahkan sengaja menaruh bungkus kosong agar si hemat ini mengeluarkan rokoknya.
Tapi, sindiran itu tidak cukup ia masih saja tidak mau mengeluarkan rokoknya. Ternyata tuduhan teman saya bahwa ia pelit rokok memang benar, ketika saya ke dapur, si hemat ini asyik merokok sendiri di dapur.Â
Saya yang melihat itu hanya melongo. Jadi rokok pun begitu berharga sama seperti korek api. Bagi yang sudah candu dengan rokok, memang sulit untuk berhenti.Â