Mulai saat itu, saya tidak lagi mencari tahu soal covid-19. Bukannya saya abai atau tidak peduli, saya hanya memutuskan untuk tidak mengkonsumsi berita negatif saja karena tidak baik bagi kesehatan.Â
Menerapkan standar protokol kesehatan bagi saya merupakan salah satu proteksi dini. Jadi, cukup melakukan hal itu saja dan tidak mengkonsumsi berita negatif membuat saya menjadi lebih tenang.
Tentunya tidak hanya saya yang pernah mengalami doomscrolling, mungkin saja pembaca pernah mengalaminya.
Jadi, lebih jelasnya doomscrolling itu apa sih?Â
Doomscrolling adalah kecenderungan untuk terus menelusuri berita buruk di portal berita, media sosial, maupun portal berbagi informasi lainnya.
Orang yang megalami doomscrolling akan menghabiskan waktu berjam-jam hanya scroll media sosial atau berita lain untuk mencari berita negatif.Â
Berita negatif tersebut misalnya terkait covid-19 yang meliputi kematian atau penularan begitu cepat. Ketika covid-19 masuk pertama kali di Indonesia, banyak berseliweran bagaimana virus ini menyebar.
Saya termasuk orang yang menerima informasi itu, akhirnya saya jadi rajin mencari tahu perihal itu. Meskipun justru membuat saya takut dan akhirnya stress karenanya.Â
Pada umumnya orang melakukan doomscrolling sebagai proteksi dini. Dengan melakukan itu, seseorang menjadi lebih siap dengan risiko paling buruk.
Dengan membaca berita negatif, beberapa orang terdorong agar dirinya tetap aman dari hal yang buruk. Misalnya orang yang getol mencari tahu berita covid-19, tentu mereka sudah siap dengan risikonya jika terpapar virus tersebut.Â
Sekilas memang hal itu baik, tetapi menurut para ahli hal itu justru tidak baik terutama bagi kesehatan mental kita. Mengkonsumsi berita negatif secara terus menerus bisa membuat depresi.Â