Di sisi lain, hal ini juga tidak ada salahnya karena pihak marketing pasti sudah tahu tentang halo effect. Orang-orang pasti mempunyai nilai positif pada seseorang yang menarik.Â
Mengapa bisa begitu? Ya jelas karena halo effect. Itu sebabnya dalam iklan kecantikan misalnya, model yang ditampilkan adalah mereka yang kulitnya putih dan mulus.Â
Mengapa demikian, karena penilaian kita terhadap perempuan cantik ya orang yang kulitnya putih. Ditambah lagi, produk kecantikan tersebut dapat bekerja apabila hasilnya bisa seperti si model.Â
Tentu saja ada bias di sini. Misalnya bias dalam menentukan cantik harus putih atau jelek sebaliknya. Tetapi itulah dunia marekting, kesan pertama memang dibutuhkan.
Tidak heran, orang-orang yang menjadi sales pasti berpenampilan menarik. Tujuannya jelas ingin menciptakan penilaian positif meskipun pertama kali bertemu dan hanya menilai dari penampilan.Â
Mengingat dampaknya yang luas, tentu kita tidak ingin terjebak dalam halo effect. Cara yang bisa digunakan agar tidak terjebak adalah kita harus objektif dalam menilai.Â
Jangan menilai dari satu aspek saja, apalagi hanya dari penampilan semata. Sebaiknya jangan terburu-buru dalam menilai seseorang.Â
Jadi itulah halo effect, jika kita tidak ingin terjebak dalam situasi itu tentu jangan terburu-buru menyimpulkan dalam menilai seseorang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H