Tentu kita pernah salah menilai seseorang saat pertama kali bertemu. Ketika awal bertemu terlihat baik, kalem, pintar, dan lain-lain.Â
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu barulah kita tahu bahwa penilaian awal kita ternyata keliru. Itulah salah satu dampak dari halo effect.Â
Dampak halo effect begitu terasa dalam berbagai aspek kehidupan. Entah itu sekolah, pekerjaan, hingga martekting. Psikolog juga melakukan penelitian halo effect pada bidang pendidikan.
Hasilnya penelitian yang diterbitkan jurnal Universitas Chicago menunjukkan guru mempunyai harapan lebih pada muridnya yang dianggap menarik.Â
Sebaliknya, para murid juga menilai bahwa guru yang ramah, menarik, merupakan guru ideal yang mereka impikan. Tidak salah memang, kita memang tidak ingin mendapatkan guru killer.Â
Akan tetapi, tidak ada yang tahu kualitas seorang guru atau tenaga pendidik yanh sebenarnya seperti apa. Terkadang, guru atau dosen killer ternyata betul-betul cakap dan menguasai disiplin ilmunya.Â
Begitu juga dengan dunia kerja. Tentu kita tidak asing dengan persyaratan kerja "berpenampilan menarik." Disadari atau tidak, hal tersebut bisa menimbulkan bias penilaian juga.Â
Orang yang berpenampilan menarik tentu akan mendapat nilai positif saat pertama kali bertemu. Akan tetapi, tidak ada yang tahu dengan kemampuan orang tersebut dalam dunia kerja.Â
Jadi bisa saja si orang berpenampilan menarik justru kemampuannya di bawah rata-rata. Hanya karena satu aspek dan general saja penilaian positif dan negatif muncul.Â
Dampak lain dari halo effect juga terjadi di dunia marketing. Tentu kita tidak asing dengan merek-merek tertentu memakai orang terkenal, mungkin idola kita.
Tentu kesan pertama kita akan menilai bahwa produk tersebut bagus sehingga kita tertarik. Padahal kita sudah terjebak ada halo effect karena pengaruh model si merek tersebut.