PNS masih menjadi profesi idaman bagi sebagian masyarakat. Hal itu bisa dilihat dari antusiasme pendaftarnya setiap kali pemerintah membuka lowongan CPNS.
Tidak sedikit juga para orang tua yang berharap agar memiliki menantu seorang ASN. Apalagi TNI atau Polri, gagah dengan seragamnya, idaman sekali.
Alasannya jelas, penghidupan seorang ASN sudah dijamin oleh negara. Pada tahun 2021, pemerintah kembali membuka penerimaan CPNS untuk 1 juta lebih formasi.
Namun untuk kali ini, formasi terbanyak adalah untuk guru dan nakes. Tentunya ada beberapa tahap agar bisa lolos menjadi seorang ASN. Tahap pertama harus lolos administrasi.
Setelah peserta dinyatakan lolos administrasi, maka peserta berhak untuk mengikuti SKD. Jika lolos SKD, maka akan lanjut SKB, dan seterusnya.
Untuk jadwal SKD tahun ini, BKN sudah merilisnya secara resmi, yaitu dimulai tanggal 2 September. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah satunya adalah wajib vaksin tahap pertama untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali.
Nah, beberapa cara dilakukan agar bisa lolos tahap SKD. Mulai dari belajar sana-sini, bimbel, ikut TO sana-sini, hingga membawa jimat keberuntungan saat ujian.
Hal itu ditemukan saat penerimaan CPNS tahun 2020 lalu. Beberapa peserta kedapatan membawa jimat saat mengikuti ujian CPNS.
Jimat tersebut bermacam-macam, ada yang berupa kalung putih, ada juga batu akik yang dibungkus dengan kain putih dan sebagainya.
BKN sendiri menyayangkan mengapa masih ada yang percaya dengan hal semacam itu. BKN bahkan berujar bahwa “jinnya gak ngerti komputer.” Hal tersebut karena sistem ujian CPNS sudah berbasis online.
Sementara itu, memang tidak aturan secara eksplisit yang melarang membawa jimat saat tes CPNS. Tetapi, BKN berujar barang yang boleh dibawa saat ujian hanyalah KTP dan kartu peserta saja.
Akibatnya jimat-jimat tersebut disita oleh petugas. Jika dilihat dari sudut pandang lain, sebenarnya jimat itu sendiri tidak merugikan sama sekali.
Toh yang dibawa bukan contekan, lain lagi jimat tersebut berisi contekan. Kita juga perlu mengenal apa sih jimat itu. Di dalam KBBI sendiri dikenal dengan istilah azimat.
Artinya ya kurang lebih azimat tersebut mempunyai satu kekuatan atau kesaktian. Bisa saja kesaktian itu membawa keberuntungan, melindungi pemilik jimat, bahkan menangkal segala jenis penyakit.
Menurut sejarahnya, dalam kehidupan masyarakat nusantara jimat ini sudah ada sejak lama. Sejak agama samawi datang, jimat diabstraksi ke dalam doa-doa, dan doa tersebut kemudian dimanifestasikan dalam benda.
Jadilah, benda tersebut diyakini mempunyai kesaktian atau membawa keberuntungan. Ketika masa revolusi kemerdekaan, para pejuang kita juga membawa jimat.
Jimat-jimat tersebut diberi doa, dengan begitu para pejuang terdahulu menjadi lebih berani saat melawan Belanda. Meskipun senjata kita kala itu bambu runcing.
Jimat tentu hal lumrah, dalam ranah olahraga misalnya. Banyak para atlet yang memakai benda entah itu kalung, anting, dan lainnya yang dianggap membawa keberuntungan saat bermain.
Tidak hanya benda, bahkan nomor punggung pun bisa mendatangkan keberuntungan. Misalnya Cristiano Ronaldo yang selalu mengenakan nomor punngung 7.
Mungkin saja angka tersebut adalah nomor keberuntungannya. Ketika awal kepindahannya dari Manchester United ke Real Madrid, Ronaldo mengenakan nomor 9. Nomor 7 sendiri saat itu milik Raul Gonzales.
Ketika Ronaldo memakai no 9, permainan Ronaldo dinilai kurang apik. Saat Ronaldo kembali menggunakan nomor 7, permainannya justru lebih baik lagi.
Bahkan Ronaldo mempunyai julukan sendiri yaitu CR7. Jadi, jimat tidak ubahnya memberi kepercayaan diri lebih bagi penggunanya. Entah jimat itu benda, mantra, atau angka sekalipun.
Jika diibaratkan, jimat itu mungkin seperti lipstick, atau make up yang bisa membuat seseorang menjadi lebih percaya diri. Tetapi, salah juga apabila si jimat itulah yang bisa mendatangkan keberuntungan pada kita.
Jika sudah begitu, itu sudah menyalahi akidah atau keimanan seseorang. Tetapi, selama jimat itu dibawa hanya untuk meningkatkan kepercayaan diri ya bagi saya tidak masalah.
Sama halnya dengan peserta CPNS di atas. Mungkin saja, jimat tersebut bisa membuat lebih percaya diri dan yakin saat mengerjakan soal.
Tentunya, selain jimat ada faktor eksternal yang membuat seseorang katakannlah bisa berhasil. Faktor tersebut ya jelas usaha dan kerja keras.
Seperti halnya Ronaldo, Ronaldo tidak akan menjadi pemain hebat jika hanya mengandalkan jimat nomor 7 saja. Tetapi harus ditunjang dengan latihan, pola makan, dan pola istirahat yang ketat.
Angka 7 hanya penyempurna dari itu semua. Nah, sama halnya dengan CPNS, faktor eksternal seperti belajar, membaca, bimbel, dan latihan soal juga harus diperhatikan.
Bagi saya, tidak masalah seseorang membawa jimat saat tes CPNS. Selama hal itu tidak membuat kegaduhan. Asalkan, kita jangan menyalahi soal jimat itu sendiri. Salah-salah keimanan kita jadi melenceng.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI