Kemudian si ibu menyarankan agar pergi ke tukang pijat. Tiba-tiba si lelaki tadi meminta turun di angkot, si ibu tetap khawatir dengan kondisi si lelaki. Namun, si lelaki tadi berkata sudah baik-baik saja.Â
Ketika turun, ajaibnya si lelaki berjalan dengan lancar. Luka yang didapat ketika jatuh tiba-tiba sembuh. Si ibu curiga, mengapa langsung sembuh seperti jalan tanpa mendapatkan luka. Tiba-tiba, si lelaki yang duduk di depan berkata, "ibu hati-hati mungkin itu pencopet, coba periksa tangan ibu".
Kemudian si ibu memeriksa tangannya, gelang yang dipakai ternyata raib. Si ibu panik, kemudian meminta bantuan untuk mengejar si pencopet. Si lelaki yang duduk di depan bersama supir, dua orang yang duduk di depan pintu keluar angkot dan pembawa tas lantas turun.Â
Mereka berkata tidak ingin terlibat dalam aksi tersebut. Si ibu lantas turun kemudian mencoba sekuat tenaga mengejar si bapak yang pura-pura jatuh tadi. Mungkin pembaca mengatakan mengapa saya diam. Saya tidak tahu menahu bahwa itu adalah modus pencopetan.Â
Akan tetapi, dari situlah saya menjadi tahu bahwa modus yang dilakukan untuk mencopet seperti itu. Saya sampai hafal betul muka keempat orang yang saya duga memang komplotan pencopet.
Pelaku pertama adalah orang yang duduk di depan bersama supir. Dua orang lainnya adalah mereka yang sengaja duduk di depan pintu keluar dan duduk berhimpitan dengan calon korban alias si pembawa tas.Â
Beberapa minggu berselang saya kembali naik angkot. Pemandangan dejavu begitu mirip ketika ada seorang ibu-ibu yang memakai perhiasan. Seperti biasa ada satu penumpang yang duduk di depan bersama supir.Â
Saya hafal betul muka tersebut, tidak lama setelah itu datang dua orang yang masih saya hafal betul mukanya. Saya perhatikan apa yang akan terjadi. Si pembawa tas seperti biasa duduk di samping korban.Â
Sementara yang satunya lagi duduk di depan pintu keluar. Kemudian datanglah bapak-bapak yang berpura-pura jatuh. Si bapak memaksa duduk di samping korban.Â
Seperti biasa si bapak memegangi kakinya yang pura-pura sakit. Si pembawa tas menutupi kaki si bapak, tetapi karena saya sudah tahu modus tersebut saya mengingatkan kepada si ibu dengan gelang yang diapakainya.Â
Untungnya si ibu mendengarkan apa yang saya katakan. Sementara itu, penumpang lain memasang tatapan tajam kepada si bapak yang pura-pura sakit kakinya. Kemudian satu persatu mereka turun.Â