Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Bawah Pohon Sukun, Lahir Pemikiran Besar Bernama Pancasila

1 Juni 2021   06:48 Diperbarui: 1 Juni 2021   07:00 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno tengah berpidato terkait konsep dasar negara Indonesia dalam sidang BPUPKI. Sumber foto: jambi.tirbunnews.com

Ketuhanan di sini tidak terbatas pada satu agama saja. Akan tetapi, biarkan setiap orang bertuhan dengan Tuhannya masing-masing. Hendaknya setiap orang menjalankan ibadah sesuai agama yang diyakininya. 

Kita tidak bisa memaksakan kehendak agar setiap orang mengikuti keyakinan yang kita yakini. Beberapa permasalahan dalam butir ini adalah munculnya intoleransi yang bisa kita saksikan saat ini. 

Bahkan dari intoleransi ini, kemudian lahir satu pandangan ekstrem yaitu terorisme. Bibit dari paham ini selain dari sesat berpikir adalah intoleransi. 

Bung Karno sendiri menyukai simbol. Rukun islam ada lima, jari setangan ada lima, manusia mempunyai lima indera, pandawa juga lima. Asas-asas atau konsep dasar negara Indonesia lima juga. 

Jika diperas lima asas itu menjadi satu, maka dapatlah dikatakan Indonesia tulen, yaitu gotong royong. Inilah ciri khas bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. 

Akan tetapi, semangat gotong royong perlahan mulai memudar. Terutama di perkotaan yang sudah terjangkit penyakit individualisme. Berbeda halnya dengan di pedesaan yang masih kental dengan sifat ini. 

Itulah sifat asli bangsa Indonesia yang tulen tadi. Yaitu gotong royong. Kita seharusnya mempertahankan sikap itu. Pancasila bukan hanya sekedar hafalan, pancasila adalah cara pandang hidup bangsa Indonesia. 

Oleh sebab itu, kita seharusnya sudah bisa mengamalkan setiap butir pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari. Itulah pancasilais sejati, pancasila yang bukan manis di mulut. 

Sama halnya seperti keimanan, keimanan tidak hanya diyakini di mulut atau lisan. Akan tetapi, keimanan tersebut harus dibarengi dengan perbuatan. Itulah yang disebut dengan keimanan hakiki. Meyakini sepenuh hati dan melaksanakannya.

Pancasila adalah cara pedoman hidup bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, pancasila sudah sepatutnya menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan. Sudah saatnya butir-butir pancasila kita terapkan ke dalam kehidupan, bukan hanya sekadar hapalan atau dibaca ulang saat upacara bendera. 

Baca artikel lainnya: Menghilangnya Mata Kuliah Wajib Pendidikan Pancasila 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun