Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Thomas Tuchel dan Bayang-bayang Kekalahan Partai Final

29 Mei 2021   13:15 Diperbarui: 29 Mei 2021   13:24 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Chelsea, Thomas Tuchel, dalam laga melawan Newcastle United di Stadion Stamford Bridge, 15 Februari 2021. (AFP/ADRIAN DENNIS) Via kompas.com

Penampilan Chelsea di bawah Frank Lampard memang kurang memuaskan. Chelsea kesulitan bersaing dengan kontestan lain. Chelsea terlempar dari papan atas liga Inggris. Selain itu, lini pertahanan Chelsea begitu rapuh. 

Pada akhirnya, bos Chelsea Roman Abramovich memutuskan untuk memecat legenda hidup Chelsea tersebut. Chelsea kemudian mencari pelatih lain. Kemudian datanglah Thomas Tuchel yang sebelumnya melatih Paris Saint Germain (PSG)   

Tuchel meninggalkan PSG bukan karena masalah performa PSG. Akan tetapi, karena masalah internal yang tidak menemukan titik temu. Selepas ditinggal Tuchel, PSG kehilangan gelar Liga Prancis dan hanya mampu lolos sampai semi final di Liga Champions.

Masuknya Tuchel ke Chelsea membuat penampilan tim asal London tersebut perlahan mulai membaik. Bahkan terus meraih kemenangan dan mampu bersaing kembali di papan atas Klasemen Liga Inggris. 

Pada akhir musim, Chelsea finish di posisi keempat Liga Inggris dengan perolehan 67 poin. Selain itu, di kompetisi Eropa Chelsea berhasil menembus partai final secara heroik. 

Perjalanan Chelsea ke final Liga Champions Eropa tidak mudah. Mereka harus melewati beberapa klub raksasa Eropa. Sebut saja Atletico Madrid dan Real Madrid. Kedua tim ibukota Spanyol tersebut berhasil dilewati oleh Tuchel. 

Secara mengesankan, Tuchel juga memenangi duel dengan beberapa pelatih top baik di kompetisi domestik maupun Eropa. Di Liga Inggris, Tuchel berhasil menang adu strategi dengan Jose Mourinho, Jurgen Klopp, Carlo Anceloti, dan Pep Guardiola. 

Nama-nama pelatih tersebut sudah tidak asing di dunia sepakbola. Di kompetisi Eropa, Tuchel berhasil menang atas Diego Simeone. Tuchel juga menang atas Zidan, Zidan sendiri salah satu pelatih yang berhasil membawa Real Madrid meraih gelar juara Liga Champions tiga kali berturut-turut.

Menariknya, dari nama-nama pelatih di atas, dua pelatih yang dikalahkan Tuchel adalah jawara di liga masing-masing. Yaitu Simeone bersama Atletico Madrid dan Guardiola bersama Manchester City. 

Rekor pribadi lain yang diukir Tuchel adalah dia berhasil meraih tiga partai final dalam waktu yang tidak lama. Dua partai final diraih secara beruntun pada klub yang berbeda, yaitu final Liga Champions. 

Sebelumnya, Tuchel saat menjadi arsitek PSG juga berhasil menembus partai final. Kali ini, di Chelsea, Tuchel berhasil mengulang pencapaian tersebut. Bahkan di level domestik, Tuchel kembali berhasil membawa Chelsea ke final Piala FA. 

Tuchel dan Bayang-bayang kekalahan partai final

Namun sayangnya, pencapaian Tuchel yang meraih tiga partai final dalam waktu singkat tersebut tidak diiringi dengan gelar juara. Dua partai final yang sudah dilakoni hanya berujung menjadi runner up. 

Bersama PSG, ketika di partai final Liga Champions, Tuhcel harus puas menjadi runner up setelah kalah dari wakil Jerman Bayern Muenchen. Chelsea pada musim ini setidaknya berpeluang meraih gelar juara. 

Hal tersebut dipastikan setelah Chelsea berhasil lolos ke partai final Piala FA. Namun lagi-lagi kesempatan itu terbuang, di partai final Chelsea justru kalah saat melawan Leicester City. Di partai final keduanya, Tuchel lagi-lagi harus puas menjadi runner up. 

Bayang-banyang kekalahan partai final tentunya menjadi momok menakutkan bagi Tuhcel. Dua kekalahan final tersebut seharusnya menjadi evaluasi dalam partai final nanti. 

Tuchel setidaknya harus melewati dua partai final yang buruk tersebut. Tentunya Chelsea dan Tuchel tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih gelar si kuping besar. Akan tetapi, Tuchel harus bisa lepas dari dua partai final sebelumnya. 

Jangan sampai raihan yang apik yaitu mencapai tiga partai final di dua klub berbeda justru berakhir menjadi runner up. Bukan tidak mungkin, julukan spesialis runner up bisa disematkan pada Tuchel.

Pep Guardiola dalam partai final

Berbeda dengan Thomas Tuchel, Guardiola mempunyai rekor cukup apik dalam partai final. Yang teranyar tentunya saat berhasil membawa City menjuarai Carabao Cup. Hebatnya gelar tersebut diraih empat kali beruntun. 

Pep Guardiola meraih gelar Piala FA bersama Manchester City pada tahun 2019. Sumber foto: kompas.com
Pep Guardiola meraih gelar Piala FA bersama Manchester City pada tahun 2019. Sumber foto: kompas.com

Jika mundur ke belakang, Guardiola juga pernah tampil dua kali dalam laga final Liga Champions saat masih menukangi Barcelona. Hebatnya dua laga tersebut berakhir dengan gelar juara.

Pada musim 2008-2009, Barcelona sukses mengalahkan Manchester United dengan skor 2-0 di Stadio Olimpico. Ketika itu Samuel Eto'o dan Lionel Messi mencetak sepasang gol kemenangan, dan berhasil membawa Barcelona menjadi juara. 

Dua tahun berselang, Barcelona lagi-lagi bertemu Manchester United di partai final. Laga puncak kali ini berlangsung di Stadion Wembley yang seperti menjadi kandang bagi Setan Merah. 

Tentunya torehan apik dalam partai final tersebut memberikan keuntungan bagi City. Apalagi pada musim ini, City berpeluang besar meraih treble winner, rekor yang pernah dipegang oleh MU sejak lama. 

Bukan tidak mungkin City melakukan hal itu, mengingat Guardiola pernah melakukan hal yang sama saat melatih Barcelona. Musim tersebut dianggap sebagai musim terbaik Guardiola bersama Barcelona. 

Thomas Tuchel vs Pep Guardiola

Pep Guardiola (kiri)  dan Thomas Tuchel (kanan) saat masih berkiprah di Liga Jerman. (bolaskor.com)
Pep Guardiola (kiri)  dan Thomas Tuchel (kanan) saat masih berkiprah di Liga Jerman. (bolaskor.com)

Setidaknya, kedua manajer tersebut pernah bersua sebanyak tujuh kali. Pep masih unggul dengan empat kemenangan, satu hasil imbang dan dua kekalahan. Dua kemenangan Thomas Tuchel melawan Pep adalah saat menukangi Chelsea. 

Kemenangan pertama adalah saat Tuchel berhasil menyingkirkan City pada semi final Piala FA. Kemenangan kedua adalah saat laga penentuan gelar juara bagi City. City saat itu harus menunda pesta perayaan gelar juara Liga Inggris. 

Di tanah Inggris Tuchel memang mendominasi atas Pep. Tetapi untuk laga final, Pep masih unggul atas Tuchel. Keduanya tercatat pernah bertemu di partai final saat masih melatih tim Jerman. 

Pep saat itu melatih Bayern Muenchen dan Tuchel melatih Borussia Dortmund. Partai final tersebut adalah DFB Pokal 2015-2016. Guardiola saat itu berhasil membawa Muenchen menjadi juara dengan skor 4-3.

Bisa dilihat bagaimana peforma apik Guardiola dalam partai final. Hampir semua tim yang dipimpin Guardiola dalam final menjadi juara. Tentunya ini menjadi hal positif bagi City yang berambisi menyamai rekor MU.

Sebaliknya, bayangan kegagalan partai final Thomas Tuchel terus menghantui. Tentunya jika nanti malam Tuchel berhasil memenangi laga saat bersua dengan Pep itu akan menjadi pencapaian pribadi karena mengalahkan Pep tiga kali berturut-turut. 

Dari sisi rekor partai final, Pep jauh lebih apik daripada Tuchel. Akan tetapi, dari dua pertemuan terakhir di Inggris, Tuchel berhasil mendominasi. Menarik untuk disimak, apakah Tuchel akan meneruskan dominasi tersebut. 

Atau Pep yang terus mempertahankan catatan apiknya kala bermain dalam partai final. Tentunya ini menjadi pertandingan yang tidak bisa dilewatkan untuk pecinta olahraga sepakbola. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun