Setiap pulang sekolah hanya mengisi TTS. Buku tipis tersebut kini sudah jarang ditemui, mungkin mengisi TTS sudah tidak laku lagi. Dan sebagian anak sekarang mungkin saja ada yang asing dengan TTS.Â
Padahal TTS menyimpan banyak informasi, khususnya kosa-kata menjadi bertambah. Selain kosa-kata, kita juga menjadi tahu makna dari kata yang tercantum dalam setiap pertanyaan.Â
Kedua buku itulah yang pernah mengisi waktu saya saat kecil. Ketika sudah cukup dewasa, khususnya ketika SMA. Maka bacaan pertama saya adalah novel, ya novel remaja.Â
Hal itu semata-mata untuk menjadi jembatan pada tingkat bacaan lain. Selain itu, membaca novel hanya untuk menciptakan kebiasaan membaca. Ketika kebiasaan itu muncul, maka akan mencari jenis bacaan yang baru.Â
Maka kini bacaan tidak hanya sebatas sastra, tetapi sudah merasuk pada ilmu lain yang memberikan wawasan begitu luas. Saya sebisa mungkin menciptakan kebiasaan untuk membaca.Â
Minimal satu hari harus membaca, jika kebiasaan itu dilakukan terus berulang-ulang maka secara otomatis otak kita akan melakukan hal itu. Tanpa berpikir lagi, karena pola kebiasaan itu sudah terekam dalam memori otak kita.Â
Untuk itu, menciptakan kebiasaan membaca dengan bacaan fantasi penting. Hal itu menjadi dasar untuk menciptakan kebiasaan membaca pada jenis bacaan di luar fantasi. Jika kebiasaan itu muncul, maka tingkat bacaan dan jenis bacaan akan melebar dan meluas.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI