Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Socratic Method, Metode Belajar dalam Drama Korea Law School

15 Mei 2021   09:07 Diperbarui: 15 Mei 2021   23:18 3212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan belajar dalam drama korea Law School. Sumber: antaranews.com

Sebelumnya saya telah membuat ulasan mengenai drama korea Law School, drama ini memang seru untuk ditonton. Apalagi dalam drama ini disajikan teori hukum, sesuatu yang saya nikmati selain alur ceritanya. 

Baca juga: Kesan Pertama Anak Hukum Nonton Drama Korea Law School

Di dalam ulasan tersebut, saya sempat menyinggung mengenai metode belajar para mahasiswa dalam mempelajari ilmu hukum. Metode belajar yang efektif untuk memahami teori hukum secara menyeluruh. 

Sang dosen yang merupakan mantan jaksa tersebut mengajarkan hukum pidana langsung dengan analisa kasus. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengamati setiap kasus yang terjadi di Korea. 

Kasus-kasus tersebut nantinya akan menjadi bahan diskusi. Kasus yang dibahas adalah kasus yang sudah diputus oleh pengadilan. Mengapa memilih kasus yang sudah divonis? 

Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa memahami hukum yang seharusnya (das sollen) dan hukum yang senyatanya (das sein). Antara hukum yang tertera dalam undang-undang dan penerapannya di lapangan, sering terjadi penyimpangan. 

Misalnya, dalam undang-undang KPK, melakukan tindak pidana korupsi saat bencana seharusnya dihukum mati. Akan tetapi, di lapangan (senyatanya) hanya dihukum penjara. 

Kesenjangan seperti itu akan terus ada. Dari situlah kita bisa menganalisa mengapa kesenjangan terjadi, faktor apa saja yang menyebabkan kesenjangan hukum. Nah di dalam drama tersebut sudah dijelaskan bagaimana kesenjangan itu terjadi. 

Di awal episode sang dosen sudah mengajak mahasiswanya berdialog. Contohnya dalam kasus asusila yang di pengadilan tingkat satu dan dua pelaku bersalah. Akan tetapi di Mahkamah Agung dinyatakan bebas. 

Metode diskusi tersebut efektif untuk memahami lebih dalam teori hukum. Bukan hanya dalam buku, akan tetapi dalam praktik. Metode belajar yang mengedepankan dialog sudah ada sejak dahulu. 

Bahkan sebelum abad masehi. Orang yang memperkenalkan teori dialog dalam belajar adalah Socrates. Socrates merupakan filsuf yang memfokuskan filsafatnya pada perilaku manusia. 

Jika sebelum Socrates, perhatian para filosof adalah alam. Misalnya Thales yang menyebut bahwa inti dari alam adalah air. Socrates membawa gaya filsafat baru, yaitu perhatiannya pada dunia sosial.

Lalu bagaimana cara Socrates menyebarkan aliran filsafatnya? Tidak seperti muridnya yaitu Plato, Socrates bisa dibilang tidak meninggalkan karya tulis. Orang-orang mengenal Socrates dari tulisan Plato. 

Socrates berfilsafat melalui mulut Plato. Ada yang unik dari tulisan Plato, kebanyakan tulisan Plato berbentuk dialog. Hal ini tidak lepas dari pengaruh sang guru yaitu Socrates. 

Socrates memperkenalkan filsafatnya dengan cara dialog. Socrates sering berbicara dengan orang-orang, entah itu di pasar, alun-alun, di manapun. Socrates mengajak mereka semua untuk berdiskusi. 

Cara Socrates mengajak orang-orang tersebut disebut dengan metode socrates (socratic method). Metode pembelajaran ini dilakukan dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. 

Mereka akan saling bersdiskusi satu sama lain dan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan. Dari serangkaian pertanyaan itu diharapkan seseorang mampu menemukan jawaban atau kebenarannya sendiri. 

Menurut Socrates, pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi untuk mengetahui apa itu kebenaran, kebaikan, dan kesalahan. Dengan asumsi ini, bisa jadi orang bodoh tidak ada, yang ada hanya orang malas. 

Hal pertama yang dilakukan Socrates adalah mengajukan satu pertanyaan seolah-olah dia tidak tahu apa-apa. Gaya Socrates yang seperti ini sangat ditentang oleh kaum shopis, kaum yang dianggap serba tahu, dan mencari keuntungan dari itu. 

Orang bijak adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak tahu apa-apa. 

Kemudian orang yang ditanya akan menjawab pertanyaan Socrates tersebut, disitu Socrates akan menyanjung dari setiap jawaban yang diberikan seakan jawaban itu benar, ini disebut dengan ironi Socrates. 

Kemudian setelah menyanjung Socrates akan bertanya lagi, dan pertanyaan tersebut akan mematahkann semua argumen yang dibangun sebelumnya. Dari situlah orang-orang akan mulai berpikir bahwa selama ini apa yang dipikirkan tentang sesuatu ternyata keliru. 

Socrates memberikan jalan kepada setiap orang untuk menggunakan akal mereka secara mendalam. Dari sanalah pengetahuan sejati didapat, yaitu pengetahuan dari dalam. 

Pengetahuan yang lahir dari pikiran kita secara langsung. Tugas Socrates pada dasarnya adalah bidan, bidan yang membantu melahirkan pengetahuan seseorang. Dari situlah Socrates mulai dikenal, orang yang paling bijak di Athena. 

Jika sebelum Socrates hadir, maka untuk mencari pengetahuan orang-orang akan bertanya kepada kaum shopis yang sebenarnya pengetahuannya hanya di situ saja, kemudian mereka dibayar. 

Tetapi Socrates tidak, semua orang diajak berdiskusi olehnya, dan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Socrates setiap orang akan menggunakan akalnya dan mendapatkan pengetahuan sejati, dan tentu saja Socrates tidak mendapatkan apa-apa dari itu.

Itulah yang disebut dengan filsuf sejati.
Bagi Socrates, Athena bagaikan kuda yang lamban, dan akulah penganggunya agar "beringas”. Apa yang akan dilakukan kepada seorang penganggu? Tentunya pasti akan mengamankannya bukan?

Itulah yang terjadi, Socrates dituduh secara sepihak menyebarkan ajaran atau kepercayaan baru, menyesatkan kaum muda, dan mengajak agar orang-orang tidak percaya pada dewa.

Akhirya Socrates diadili dan dihukum mati dengan meminum racun cemara, Socrates dianggap salah dengan dakwaan tersebut. Bisa saja Socrates memberikan pembelaan agar tidak dihukum mati, tetapi jika itu terjadi bukan Socrates namanya.

Socrates teguh pada pendiriannya, dan jelas, setelah kematian Socrates justru pengaruhnya semakin meluas dan mempengaruhi banyak orang.

Kemaitan Socrates jelas meninggalkan duka yang mendalam terutama pada murid-muridanya. Orang seperti Socrates mungkin jarang di dunia ini. Tetapi itulah pilihan yang diambil.

Jika dia memilih untuk tidak dieksekusi, mungkin saja pengaruhnya tidak akan seluas sekarang, tetapi karena keyakinannya, pengaruhnya masih terasa sampai sekarang.

Bahkan Socrates mempunyai murid paling terkenal yaitu Plato. Pengaruh Plato begitu besar, Plato juga yang pertama kali mendirikan Akademi Plato. Mungkin itulah universitas pertama dalam sejarah. 

Metode pembelajaran di Akademi Plato mengedepankan dialog. Akademi ini berhasil menelurkan filsuf besar lain, yaitu Aristoteles. Tiga serangkai filsuf yang terikat hubungan guru dan murid. Socrates, Plato, dan Aristoteles.

Ada satu pemikiran yang dikemukakan oleh Socrates, yaitu tentang keutamaan manusia. Manusia pada dasarnya mempunyai dua sisi, sisi animalitas dan sisi rasionalitas.

Yang membedakan antara manusia dengan makhluk hidup lain adalah karena manusia mempunyai rasio. Rasio inilah yang harus menguasai diri kita. Jangan sampai hanya animalitas yang menguasai diri kita.

Jika hidup kita hanya dipenuhi oleh nafsu-nafsu, nafsu untuk makan, seks dan lain sebagainya, itu berarti kita dikendalikan oleh sisi animalitas kita. Keutamaan manusia adalah terletak pada akalnya.

Oleh karena manusia dianggap utama atau mencapai keutamaan apabila bisa menguasai rasionya. Rasio yang harus mengendalikan diri kita, karena dengan rasio kita akan tahu batas, kapan untuk memenuhi makan, minum, dan seks itu adalah rasio yang menentukan.

Oleh sebab itu, karena rasio memegang kendalinya, maka harus dikuatkan dengan pengetahuan. Socrates berpendapat orang yang berwawasan baik akan melakukan perbuatan baik.

Orang yang rasionya jalan, tidak akan melakukan hubungan seks di luar nikah, karena tahu konsekuensi dari itu seperti apa. Dari mana kita bisa mengetahui konsekuensi itu

Jelas dari pengetahuan, oleh karena itu untuk mencapai keutamaan, manusia haruslah menggunakan rasionya, rasio akan berjalan apabila kita haus akan pengetahuan.

Itulah metode yang digunakan oleh Socrates untuk memunculkan pemikiran yang terpendam pada diri manusia. Metode ini mungkin lebih baik diterapkan daripada sistem pembelajaran satu arah. 

Dengan dialog setiap orang akan berpikir, sampai akhirnya mendapatkan pengetahuan dari hasil daya pikiranya. Dalam drama korea Law School kita sudah melihat bagaimana metode socrates ini diterapkan. 

Sang dosen terus bertanya kepada mahasiswa perihal kasus yang telah diputus. Sampai akhirnya mahasiswa mengetahui kesenjangan yang terjadi antara hukum yang sebenarnya dan hukum yang senyatanya. 

Yah meskipun sang dosen tersebut dalam mengajar begitu kejam. Dosen killer, ini bisa dilihat ketika sedang belajar suasana begitu kaku dan tegang. Mungkin jika Socrates yang mengajar, suasana kelas menjadi cair. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun