Jadwal yang padat dalam rentang satu minggu tersebut bagi saya membuat pemain tidak bisa menampilkan permainan terbaiknya. Saya tidak mengerti mengapa laga final bisa dua leg, toh Liga Champions saja yang menggunakan sistem kandang tandang dari fase grup, dalam laga final hanya dilakukan satu kali.
Atau ada udang dibalik rempeyek? Yang bermain kan dua klub besar yang mempunyai rivalitas tinggi, supporter yang loyal, pastinya akan mendapatkan antusias yang tinggi dari masyarakat.
Mungkin jika digelar dua laga, maka akan mendapatkan dua udang dibalik rempeyek sekaligus, dan dua antusiasme masyarakat yang menonton sekaligus, mungkin akan berlipat ganda semuanya.Â
Keanehan ini didasarkan satu laganya perebutan tempat ketiga, mungkin saja panitia di sana berpikir begini. Ah Cuma perebutan tempat ketiga, gak seantusias final, yang main juga klub yang tidak mempunyai rivalitas tinggi seperti partai final. Jadi satu laga saja sudah cukup. Mungkin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H