2. Perang sarung dan kembang api
Sebelum shalat terawih dimulai, ada beberapa ritual yang dilakukan. Kalau tidak main kembang api ya perang sarung. Kembang api memang seru, tetapi lebih seru perang sarung.Â
Meskipun agak menyiksa badan, permainan ini memang asyik. Agar beban pukulan makin ajib, biasanya saya mengikat ujung sarung tersebut. Terciptalah gada sarung.Â
Meskipun sakit dan pusing, entah mengapa waktu itu enjoy dan terasa mengasyikkan. Pertumpahan air mata tidak begitu dihiraukan yang ada hanya keseruan.Â
Akan tetapi, dalam permainan ini jangan sampai terbawa emosi. Nanti bisa perang sungguhan, yang tadinya main-main menjadi beneran. Jadi jangan terlau berlebih ketika memukul, jangan pula mengarah ke kepala.Â
3. Monopoli
Jika dua permainan di atas terkesan ekstrem, permainan yang selalu saya mainkan waktu itu adalah monopoli. Berbeda dengan sekarang, monopoli waktu itu memang dimainkan secara offline.Â
Permainan ini mengajarkan kita untuk mengelola sebidang tanah. Tanah tersebut nantinya akan menghasilkan uang bagi kita. Uang tersebut didapat dari sewa.Â
Setiap pemain yang masuk ke dalam tanah kita akan dikenakan uang sewa tanah. Uang sewa akan meningkat apabila tanah tersebut sudah dibangun rumah atau hotel.
Secara tidak sadar, permainan ini mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi tuan tanah, tepatnya tuan tanah rakus. Seseorang dikatakan kalah apabila aset atau harta yang dia punya habis.Â