Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Duel Berakhir, GM Irene Kandaskan Perlawanan Dadang Subur

22 Maret 2021   18:00 Diperbarui: 23 Maret 2021   05:20 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan antara Dadang Subur (Dewa Kipas) melawan GM Irene Sukandar di kanal Youtube Deddy Corbuzier. Via tangkap layar

Pertandingan antara Dadang Subur melawan GM Irene Sukandar telah usai. GM Irene berhasil mengalahkan Dadang Subur dengan skor telak 3-0. 

Pertandingan yang ditayangkan di kanal Youtube milik Deddy Corbuzier tersebut berhasil menyita antusiasme publik, bahkan jumlah yang menonton live tersebut mencapai satu juta penonton.

Untuk menambah keseruan laga, Deddy Corbuzier mengundang GM Susanto Megaranto dan gadis cantik yang ternyata menyandang predikat Women International Master (WIM) Chelsie Monica sebagai komentator pertandingan. Tentunya pertandingan menjadi lebih seru.

Selain komentator, pihak percasi juga dihadirkan dalam laga tersebut, guna menjaga kualitas dari laga panas tersebut. Pertandingan yang ditunggu-tunggu akhirnya dimulai. pertandingan catur tersebut hanya 10 menit, untuk pemain biasa, 10 menit hanya akan menghabiskan di pembukaan saja.

Pertandingan pertama, GM Irene memegang bidak  putih, yang secara teori putih identik dengan menyerang dan hitam bertahan. GM Irene langsung memajukan pionnya dua langkah, dan Pak Dadang konsentrasi bertahan. Di pembukaan, Pak Dadang cukup bisa mengimbangi GM Irene.

Namun pengalaman berbicara lain lagi, Pak Dadang melakukan satu kesalahan yang cukup fatal. Kesalahan tersebut adalah ketika Pak Dadang memindahkan menterinya, akhirnya gajah yang sebelumnya dalam penjagaan menteri kini longgar, dan GM Irene langsung "memakan" gajah tersebut dengan menterinya.

Pak Dadang terpojok, dan akhirnya Pak Dadang menyerah. Pertandingan pertama dimenangkan oleh GM Irene. Pertandingan kedua berlanjut, kini Pak Dadang memegang bidak putih. Dan langsung membuka dengan formasi menyerang, dan GM Irene bertahan. Di pertandingan kedua, Pak Dadang sebenarnya mempunyai keuntungan dari segi waktu dibandingkan GM Irene.

Pak Dadang unggul waktu sekitar dua sampai tiga menit dibanding GM Irene. Tetapi kesalahan kembali terjadi ketika kuda Pak Dadang diancam pion GM Irene, sebenarnya hanya satu langkah yang tersisa, tetapi Pak Dadang membuang waktunya di sini untuk berpikir dan memilih mengadu pion.

Pak Dadang yang tadinya unggul waktu justru membuang waktu tersebut, dan ketika menteri Irene masuk ke pertahanan Pak Dadang, posisi sang raja mulai terpojok. Pak Dadang kembali menyerah, pertandingan kedua dimenangkan kembali oleh GM Irene.

Pertandingan ketiga dilanjutkan, GM Irene kini memegang kembali bidak putih dan melakukan formasi menyerang kembali. Pak Dadang bisa meladeni permainan GM Irene sampai dengan pertengahan game, sampai akhirnya blunder kembali terjadi. Kuda dari GM Irene kini masuk ke dalam pertahanan Pak Dadang, dan mengancam menteri, benteng, serta gajah.

Tidak perlu lamar, GM Irene langsung melakukan pertukaran gajah dengan gajah dan kemudian kuda dari GM Irene memakan benteng dari Pak Dadang. Pak Dadang seklias gugup, hal tersebut bisa dilihat dari tangannya yang tidak terkontrol dengan jatuhnya raja yang tidak pas pada posisinya. Pak Dadang kembali menyerah, pertandingan berakhir dengan skor 3-0.

Sejatinya pertandingan tersebut bertujuan untuk menyudahi konflik terkait Dewa Kipas. Pada akhirnya konflik selesai di papan catur. Pak dadang mengakui kualitas GM Irene dan berakhir dengan damai. Jangan ada hujatan kepada pihak manapun, pertandingan tadi jelas harus jadikan pelajaran bagi kita semua. Sisi positifnya dunia catur naik daun semenjak kemunculan Dewa Kipas.

Sekilas tentang Catur

Fenomena Dewa Kipas memang ajaib, olahraga otak tersebut kini naik daun. Catur jelas kalah populer dibandingkan dengan Sepakbola dan Bulutangkis. Fenomena tersebut justru menumbuhkan minat baru, ya banyak orang yang berbondong-bondong belajar catur.

Catur merupakan olahraga strategi, ketika bermain catur, kita seakan-akan sedang memimpin satu kerajaan besar yang hendak merebut kerajaan lain. Untuk itu, kita harus pandai memainak fungsi dari setiap bidak yang ada pada permainan catur.

Penulis sendiri berkenalan dengan catur ketika masih kecil, kala itu teras rumah penulis dipenuhi orang-orang yang bermain catur. Lapak catur tersebut hingga kini masih ada. Penulis yang ketika itu hanya bisa mempelajari catur dari pengamatan sendiri. Penulis menghafal setiap langkah dari bidak catur.

Langkah pion seperti apa, kuda, menteri, gajah dan raja semua saya amati. Setelah tahu basic dari langkah bidak catur, kemudian saya memerhatikan pembukaan, setidaknya saya harus menguasai dua pembukaan, yaitu pembukaan putih (menyerang) dan pembukaan hitam (bertahan).

Kemudian saya hafal betul-betul pembukaan putih seperti apa, kemudian saya copy dalam ingatan dan menjadikan itu pembukaan sendiri ketika hendak bermain dengan teman. Begitu pun dengan pembukaan hitam, di copy saja dalam ingatan. Nah jika ada pemain baru, bapak-bapak baru, itu satu hal yang menyenangkan.

Hal tersebut bisa saya manfaatkan untuk meng copy pembukaan orang baru tersebut, jadi dalam satu kali amatan, saya sudah menjiplak empat pembukaan, menyerang dan bertahan, karena setiap pemain bapak-bapak mempunyai pembukaan sendiri yang berbeda. Semakin banyak bapak-bapak yang bermain, maka semakin banyak juga jiplakan pembukaan saya.

Hasilnya saya mempunyai banyak pembukaan dibandingkan dengan teman-teman saya kala itu. Efek belajar otodidak itu membawa saya mewakili sekolah tingkat SD kala itu untuk perlombaan catur. Ketika pembukaan sudah dikuasai, tinggal strategi saja yang dimatangkan oleh bapak saya. Yah meskipun hasinya hanya bisa gigit jari.

Tapi setidaknya, dalam catur saya seakan-akan menjadi panglima perang, tak bisa menjadi panglima perang di dunia nyata, tak apalah di dunia catur juga. Yah meskipun masih kelas RT dan RW, dan ilmu yang didapat secara otodidak tersebut masih tersimpan hingga kini dalam pikiran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun