Tidak perlu lamar, GM Irene langsung melakukan pertukaran gajah dengan gajah dan kemudian kuda dari GM Irene memakan benteng dari Pak Dadang. Pak Dadang seklias gugup, hal tersebut bisa dilihat dari tangannya yang tidak terkontrol dengan jatuhnya raja yang tidak pas pada posisinya. Pak Dadang kembali menyerah, pertandingan berakhir dengan skor 3-0.
Sejatinya pertandingan tersebut bertujuan untuk menyudahi konflik terkait Dewa Kipas. Pada akhirnya konflik selesai di papan catur. Pak dadang mengakui kualitas GM Irene dan berakhir dengan damai. Jangan ada hujatan kepada pihak manapun, pertandingan tadi jelas harus jadikan pelajaran bagi kita semua. Sisi positifnya dunia catur naik daun semenjak kemunculan Dewa Kipas.
Sekilas tentang Catur
Fenomena Dewa Kipas memang ajaib, olahraga otak tersebut kini naik daun. Catur jelas kalah populer dibandingkan dengan Sepakbola dan Bulutangkis. Fenomena tersebut justru menumbuhkan minat baru, ya banyak orang yang berbondong-bondong belajar catur.
Catur merupakan olahraga strategi, ketika bermain catur, kita seakan-akan sedang memimpin satu kerajaan besar yang hendak merebut kerajaan lain. Untuk itu, kita harus pandai memainak fungsi dari setiap bidak yang ada pada permainan catur.
Penulis sendiri berkenalan dengan catur ketika masih kecil, kala itu teras rumah penulis dipenuhi orang-orang yang bermain catur. Lapak catur tersebut hingga kini masih ada. Penulis yang ketika itu hanya bisa mempelajari catur dari pengamatan sendiri. Penulis menghafal setiap langkah dari bidak catur.
Langkah pion seperti apa, kuda, menteri, gajah dan raja semua saya amati. Setelah tahu basic dari langkah bidak catur, kemudian saya memerhatikan pembukaan, setidaknya saya harus menguasai dua pembukaan, yaitu pembukaan putih (menyerang) dan pembukaan hitam (bertahan).
Kemudian saya hafal betul-betul pembukaan putih seperti apa, kemudian saya copy dalam ingatan dan menjadikan itu pembukaan sendiri ketika hendak bermain dengan teman. Begitu pun dengan pembukaan hitam, di copy saja dalam ingatan. Nah jika ada pemain baru, bapak-bapak baru, itu satu hal yang menyenangkan.
Hal tersebut bisa saya manfaatkan untuk meng copy pembukaan orang baru tersebut, jadi dalam satu kali amatan, saya sudah menjiplak empat pembukaan, menyerang dan bertahan, karena setiap pemain bapak-bapak mempunyai pembukaan sendiri yang berbeda. Semakin banyak bapak-bapak yang bermain, maka semakin banyak juga jiplakan pembukaan saya.
Hasilnya saya mempunyai banyak pembukaan dibandingkan dengan teman-teman saya kala itu. Efek belajar otodidak itu membawa saya mewakili sekolah tingkat SD kala itu untuk perlombaan catur. Ketika pembukaan sudah dikuasai, tinggal strategi saja yang dimatangkan oleh bapak saya. Yah meskipun hasinya hanya bisa gigit jari.
Tapi setidaknya, dalam catur saya seakan-akan menjadi panglima perang, tak bisa menjadi panglima perang di dunia nyata, tak apalah di dunia catur juga. Yah meskipun masih kelas RT dan RW, dan ilmu yang didapat secara otodidak tersebut masih tersimpan hingga kini dalam pikiran.