Mohon tunggu...
Danil Folandra
Danil Folandra Mohon Tunggu... Lainnya - Researcher

Aku menulis maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Online Lives: Mengungkap Dampak Psikologis, Kognitif dan Sosial dari Kecanduan Internet

22 Agustus 2024   21:04 Diperbarui: 22 Agustus 2024   21:17 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, akses tanpa batas ke informasi di internet mungkin memengaruhi cara kita menyimpan dan mengambil informasi. Dengan banyaknya informasi yang bisa diakses kapan saja, kita mungkin jadi kurang terampil dalam mengingat atau memproses informasi sendiri.

Penelitian terbaru terus menggali bagaimana aktivitas daring memengaruhi perhatian, memori, dan aspek lain dari cara kita berpikir. Jadi, saat kita semakin banyak online, penting untuk memahami bagaimana hal ini bisa memengaruhi otak kita.

Studi lainnya menunjukkan bahwa terlalu banyak waktu di depan layar bisa berdampak negatif pada konsentrasi anak-anak. Penelitian besar yang melibatkan lebih dari 2.300 anak usia prasekolah mengungkapkan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih dari dua jam per hari untuk menonton layar hampir enam kali lebih mungkin mengalami masalah perhatian dibandingkan dengan anak-anak yang hanya menonton kurang dari 30 menit sehari (Tamana, 2019).

Selain itu, anak-anak yang menghabiskan waktu lama di depan layar juga menunjukkan peningkatan gejala kurang perhatian dan hiperaktivitas. Jadi, membatasi waktu layar bisa membantu menjaga fokus dan perhatian anak-anak.

Dampak terhadap sosial

Meskipun kekhawatiran utama seputar aktivitas daring adalah bahwa aktivitas tersebut dapat mengalihkan perhatian dari aktivitas sosial di dunia nyata dan berpotensi menyebabkan isolasi sosial, banyak aktivitas daring yang paling sering digunakan dan menyita waktu juga merupakan aktivitas yang "sosial", meskipun dalam konteks daring.

Studi terbaru menunjukkan bahwa media sosial dan aktivitas daring lebih dari sekadar cara untuk menghabiskan waktu atau tetap terhubung dengan teman-teman. Aktivitas ini ternyata juga memengaruhi cara kita berpikir dan berinteraksi secara sosial.

Misalnya, saat kita berinteraksi di platform media sosial, kita harus menafsirkan dan merespons berbagai isyarat emosional. Ini bisa membantu kita mengasah keterampilan empati, yang berguna juga dalam interaksi tatap muka. Jadi, kegiatan daring ini tidak hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga bisa memengaruhi cara kita memahami dan merespons orang lain

Survei jangka panjang di Belanda menunjukkan bahwa penggunaan media sosial bisa meningkatkan empati, baik dalam memahami perasaan orang lain (empati kognitif) maupun merasakan emosi mereka (empati afektif) (Vossen HG, 2016).

Namun, ada juga sisi negatifnya. Beberapa peserta melaporkan bahwa orang sering berperilaku berbeda di media sosial dan kadang-kadang menggunakan ponsel mereka sebagai "pelindung" saat menghadapi situasi sosial yang sulit secara langsung. Jadi, sementara media sosial bisa membantu kita lebih memahami orang lain, ada juga risiko bahwa kita mungkin jadi kurang nyaman dalam interaksi tatap muka.

Secara keseluruhan, dampak internet pada kesehatan mental, kognitif, dan sosial sangat kompleks. Media sosial dan aktivitas daring menawarkan manfaat seperti peningkatan empati, namun juga menimbulkan tantangan seperti penurunan harga diri dan gangguan perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun