Mohon tunggu...
Danil Folandra
Danil Folandra Mohon Tunggu... Lainnya - Researcher

Aku menulis maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Online Lives: Mengungkap Dampak Psikologis, Kognitif dan Sosial dari Kecanduan Internet

22 Agustus 2024   21:04 Diperbarui: 22 Agustus 2024   21:17 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Revolusi digital benar-benar mengubah hampir setiap aspek hidup kita. Mulai dari kegiatan santai, pekerjaan, hingga cara kita berinteraksi dengan orang lain. Internet kini sudah jadi bagian penting dari gaya hidup modern di seluruh dunia.

Berdasarkan analisis dari Pew Research Center, penggunaan telepon pintar terus meningkat pesat, dan semakin banyak orang yang menghabiskan waktu online. Bahkan, hampir 50% anak muda kini menganggap diri mereka sebagai "always online" pada tahun 2023. Tren ini semakin menonjol sejak pandemi COVID-19, yang semakin mempercepat perubahan dalam cara kita menggunakan Internet.

Menurut data terbaru tahun 2023, media sosial masih menjadi bagian terbesar dari penggunaan Internet saat ini. Pengguna usia kerja, misalnya, menghabiskan lebih dari 2,5 jam setiap hari di berbagai platform media sosial, yang mencakup 38% dari total waktu online mereka.

Sementara itu, di kalangan remaja, jumlah yang melaporkan online terus-menerus melonjak dari 24% pada 2015 menjadi 46% pada 2022 dan 2023. Persoalan ini menjadi isu menarik kalangan akademis yang membahas bagaimana internet memengaruhi kesehatan mental, kognisi, dan hubungan sosial.

Dampak internet terhadap psikologis

Media sosial memang punya banyak manfaat, tapi juga ada sisi gelapnya, terutama bagi kesehatan mental. Dalam beberapa tahun terakhir, ada kekhawatiran serius bahwa media sosial bisa jadi salah satu penyebab utama peningkatan angka bunuh diri dan tindakan menyakiti diri sendiri di kalangan anak muda di AS.

Kini, beberapa negara bagian di AS bahkan mengajukan gugatan hukum terhadap Meta, perusahaan pemilik Facebook. Mereka menuduh Meta sengaja membahayakan kesehatan fisik dan mental pengguna mudanya dengan memanfaatkan fitur-fitur yang bisa memanipulasi psikologis. Ini jadi topik hangat yang banyak dibicarakan karena dampak negatif dari media sosial yang semakin terasa (www.reuters.com).

Penggunaan Internet, terutama media sosial, bisa memengaruhi kesejahteraan psikologis kita melalui perbandingan sosial. Misalnya, sebuah studi di Pakistan menemukan bahwa remaja yang sering menggunakan Facebook cenderung memiliki harga diri yang lebih rendah. Ini karena banyak dari mereka yang membandingkan diri dengan orang lain di platform tersebut (Jan M, Soomro S, 2017).

Hasil serupa juga terlihat dalam studi di Jerman, di mana penggunaan media sosial setiap hari berhubungan dengan harga diri yang menurun, terutama karena perbandingan sosial yang tidak sehat. Jadi, sering membandingkan diri dengan orang lain di media sosial bisa membuat kita merasa kurang percaya diri (Schmiedek, 2023).

Dampak internet terhadap kognitif

Penggunaan Internet bisa berdampak besar pada kemampuan kognitif kita sepanjang hidup, terutama dalam dua cara utama yang sedang banyak diteliti. Pertama, terus-menerus mendapatkan notifikasi dan konten digital dapat memengaruhi kapasitas perhatian kita. Artinya, gangguan yang datang dari ponsel dan media sosial bisa membuat kita sulit fokus.

Kedua, akses tanpa batas ke informasi di internet mungkin memengaruhi cara kita menyimpan dan mengambil informasi. Dengan banyaknya informasi yang bisa diakses kapan saja, kita mungkin jadi kurang terampil dalam mengingat atau memproses informasi sendiri.

Penelitian terbaru terus menggali bagaimana aktivitas daring memengaruhi perhatian, memori, dan aspek lain dari cara kita berpikir. Jadi, saat kita semakin banyak online, penting untuk memahami bagaimana hal ini bisa memengaruhi otak kita.

Studi lainnya menunjukkan bahwa terlalu banyak waktu di depan layar bisa berdampak negatif pada konsentrasi anak-anak. Penelitian besar yang melibatkan lebih dari 2.300 anak usia prasekolah mengungkapkan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih dari dua jam per hari untuk menonton layar hampir enam kali lebih mungkin mengalami masalah perhatian dibandingkan dengan anak-anak yang hanya menonton kurang dari 30 menit sehari (Tamana, 2019).

Selain itu, anak-anak yang menghabiskan waktu lama di depan layar juga menunjukkan peningkatan gejala kurang perhatian dan hiperaktivitas. Jadi, membatasi waktu layar bisa membantu menjaga fokus dan perhatian anak-anak.

Dampak terhadap sosial

Meskipun kekhawatiran utama seputar aktivitas daring adalah bahwa aktivitas tersebut dapat mengalihkan perhatian dari aktivitas sosial di dunia nyata dan berpotensi menyebabkan isolasi sosial, banyak aktivitas daring yang paling sering digunakan dan menyita waktu juga merupakan aktivitas yang "sosial", meskipun dalam konteks daring.

Studi terbaru menunjukkan bahwa media sosial dan aktivitas daring lebih dari sekadar cara untuk menghabiskan waktu atau tetap terhubung dengan teman-teman. Aktivitas ini ternyata juga memengaruhi cara kita berpikir dan berinteraksi secara sosial.

Misalnya, saat kita berinteraksi di platform media sosial, kita harus menafsirkan dan merespons berbagai isyarat emosional. Ini bisa membantu kita mengasah keterampilan empati, yang berguna juga dalam interaksi tatap muka. Jadi, kegiatan daring ini tidak hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga bisa memengaruhi cara kita memahami dan merespons orang lain

Survei jangka panjang di Belanda menunjukkan bahwa penggunaan media sosial bisa meningkatkan empati, baik dalam memahami perasaan orang lain (empati kognitif) maupun merasakan emosi mereka (empati afektif) (Vossen HG, 2016).

Namun, ada juga sisi negatifnya. Beberapa peserta melaporkan bahwa orang sering berperilaku berbeda di media sosial dan kadang-kadang menggunakan ponsel mereka sebagai "pelindung" saat menghadapi situasi sosial yang sulit secara langsung. Jadi, sementara media sosial bisa membantu kita lebih memahami orang lain, ada juga risiko bahwa kita mungkin jadi kurang nyaman dalam interaksi tatap muka.

Secara keseluruhan, dampak internet pada kesehatan mental, kognitif, dan sosial sangat kompleks. Media sosial dan aktivitas daring menawarkan manfaat seperti peningkatan empati, namun juga menimbulkan tantangan seperti penurunan harga diri dan gangguan perhatian.

Seiring dengan berkembangnya penelitian di bidang ini, penting bagi kita untuk terus memperhatikan bagaimana internet memengaruhi kehidupan kita dan bagaimana kita dapat beradaptasi dengan cara yang sehat dan seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun