Mohon tunggu...
Danik Ratnawati
Danik Ratnawati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kamu adalah kamu dan aku adalah aku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalah Cinta dengan Anak SD

22 Agustus 2014   20:34 Diperbarui: 4 April 2017   18:06 12440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gue tahu banget si Lukas itu kayak apa. Dia memang doyan cerita secara gamblang ke gue. Tapi pas gue nasihati, nasihat gue nggak ada yang nyantol di otaknya. Gue yang ngajari dia tiap hari sampai kesal sendiri. Dia nggak mudah memahami suatu materi yang gue jelasin, tapi dia paham banget sama dunia rokok, pacaran dan porno. Gue sampai dikritik sama seorang murid gue, Dinda, yang bersekolah di sekolah agama Islam, kenapa gue tahan bisa ngajari si Lukas yang bicaranya suka jorok dan menjurus ke hal-hal yang berbau dewasa. Gue bilang aja, “harap maklum!”

~ ~

Seminggu kemudian, dia mulai cerita lagi tentang si Santi. “Maeng aku diboyak’i cah-cah eg” katanya langsung ke gue. “Lha nyapo?” tanyaku mulai memperhatikan. “Maeng Santi tak kek’i kembang. Aku jupuk nang pinggir dalan. Pas olahraga wi aku nyedeki Santi. Cah-cah’i gak ngerti. Kembange tak deleh mburiku tow. Bar ngono tak kekne Santi. Lha kok nuw pak Gatot wi eruh. Peh, diboyak’i aku. Bar tak kekne, aku langsung mlayu” jelasnya dari a sampai z. Aku benar-benar salut sama anak yang satu ini. Dia lebih hebat dari cowok yang naksir sama gue. Dia lebih macho dan gentle dari cowok yang gue suka selama ini. Meski gue menanggapinya dengan gelak tawa, tetap saja dia hebat dan jantan.

~ ~

Beberapa hari setelah dia memberikan bunga ke Santi. Gue mendapat berita duka dari dia. Dia galau karena Santi. Ya, Santi mutusin dia. Gue sih Alhamdulillah saja karena itu tandanya do’a gue biar dia cepat putus telah terkabul. Namun, gue jadi semakin iba sama dia. Dia galau layaknya kita-kita yang galau karena cinta. “Peh, atiku loro eg, mbak” katanya sambil menyetuh dada kirinya. Aku mulai bertanya pelan-pelan agar tidak menyinggung perasaanya, “kamu diputusin gimana?”

“Aku maeng dikek’i surat mbe Santi. Iki lho surat’e” katanya sambil memberikan sebuah lipatan kertas. Gue lihat isinya dan ini: KITA PUTUS

Gue langsung menghibur si Lukas. Gue nggak maksa dia untuk belajar. Gue nunggu dia sampai dia benar-benar segar lagi. “Ya udah, yang sabar aja. Nanti pasti dapat yang lebih cantik dari dia” kataku yang mulai sok dewasa. Asli, gue nggak mau Lukas dapat yang lebih baik atau lebih buruk dari Santi karena gue belum setuju kalau dia pacaran kala SD. Dia langsung sedih banget, “masalah’e aku jek tenanan sayang karo Santi”. Gue yang dengar kalimatnya itu langsung berkaca-kaca. Ya Tuhan, kapan gue bisa dapat cowok yang berusaha mempertahankan gue saat gue putusin? Kapan gue dapat cowok yang setia kayak Lukas?

“Bar dhe’e ngirim surat kuwi, dhe’e langsung tak parani. Tak takok’i, nyapo kok putus. Dhe’e mek meneng tok. Tak kejar terus, dhe’e malah adoh. Peh, loro atiku” katanya dengan hati yang sedih. Gue nggak bisa apa-apa dan gue ngerasa menyesal saja karena do’akan dia putus sama Santi. Gue sejak dulu yakin, do’a gue itu gampang dikabulin. Makanya kali ini, gue merasa bersalah dengan romansa cintanya Lukas.

Dia pun mengeluarkan sebuah botol Aqua kosong dan dia menyobek kertas yang sudah ada tulisannya. “Itu buat apa?” tanyaku yang mulai tak mengerti. “Kertas’e iki arep tak lebokne kene” katanya dia sambil melipat kertas sobekan tadi. Dia pun mengeluarkan sepasang cincin abi & umi. Gue tanya lagi, “kok cincinnya masih ada di kamu?”

Dia langsung menyahut dengan wajah yang masih sedih, “cincin’e iki maeng dibalekno karo Santi”. Aku tambah iba lagi. Dia pun membuka tutup botol Aqua itu dan memasukkan kertas beserta cincin itu. Gue melongo doang dan nggak mampu bertanya-tanya lagi. “Iki botol sesuk arep tak guwak nang banyu. Tak kintirne. Iki bukti lhak aku sayang karo Santi” jelasnya padaku. Gue berasa pengen nangis Bombay. Sumpah, gue baru lihat kisah cinta anak SD sedramatis dan seromantis ini. Gue terasa kalah dari pemikiran tentang cinta, gue terasa kalah dari sisi pendewasaan, gue terasa kalah sama dia yang mudah mendapatkan orang untuk tetap berada di sampingnya, gue terasa kalah soal perjuangan & pembuktian cinta, dan intinya gue kalah sama dia.

Cerita ini nyata, fakta, dan sesuai dengan realita. Kesokan harinya itu pun, dia bercerita kalau botolnya sudah dibuang ke sungai dekat sekolahnya dia. Gue pun pengen dia balik move-on lagi. Kakak gue pernah dengar curhatnya si Lukas juga. Gue sudah lupa siapa saja yang pernah dia jadikan curhat tentang Santi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun