Mohon tunggu...
daniel tanto
daniel tanto Mohon Tunggu... Montir - melukis dengan cahaya, menulis dengan hati...

bekerja di institusi penelitian suka menulis, memotret, dan berfikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Biennale Jogja JOGJA X [ Jogja Jamming]

12 Desember 2009   11:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:58 1855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banner di depan gedung TAMAN BUDAYA YOGYAKARTA, bertuliskan dengan bahasa Jawa: Seni Agawe Santosa yang artinya: seni membuat kesejahteraan

Bagaimana jika kota Yogyakarta dijadikan semacam galeri raksasa? Inilah yang terjadi pada

tanggal 10 Desember 2009 - 10 Januari 2010. Berbagai aktifitas seni rupa dipajang di

berbagai penjuru kota Yogyakarta.Pada acara yang diadakan 2 tahun sekali ini, kali ini

bertajuk Jogja Jamming: Art Movement Archives, yaitu memberikan semacam kaleidoskop seni

dari era 1940-2000an. Dimana pembeberan arsipnya berupa gelaran para perupa di seputaran

Kota Yogyakarta, dengan tema yang bermacam-macam pula.

Tirai masuk gedung TAMAN BUDAYA YOGYAKARTA: Di depan gedung, terdapat tirai yang terbuat dari beramacam-mcam logam, dari baut, sampai yang berbentuk manusia.

Sampai saat ini, dari info yang saya terima, tempat gelarannya ada di Gedung Taman BUdaya

Yogyakarta (Utara Taman Pintar/Shopping Centre), Maliobro, dan Gedung BI. Sementara ini saya

yang sudah lihat berada di sana. Di dekat Air mancur Kleringan (arah Malioboro) juga ada

beberapa kincir angklung dipasang. Dari sumber lain Jogja National Museum juga ada gelaran

sama, tetapi saya belum melihatnya sendiri.

Tampak luar gedung: di sebelah kiri ada mobil pickup milik orkes SINTEN REMEN (Djaduk Feriyanto) sedang mempersiapkan peralatannya untuk acara pembukaan.

Saya tiba di Taman Budaya pada hari Jumat 11 Desember 2009 jam 09.00 pagi dimana gedung yang

dipakai ini belum dibuka untuk umum. Saya hadir untuk memotret karya perupa Hedi Hariyanto,

untuk mendokumentasikan karyanya. Sebelum masuk ke dalam saya sempat memotret dekorasi depan

gedung yang super artistik. Dimana pitu luar digantungi ratusan baut dan sosok manusia dari

logam. Setelah memuaskan mata, saya mencari Hedi. Pagi itu Hedi datang bersama temannya Awan

Simatupang (perupa dari Jakarta) yang khusus hadir untuk menyaksikan BIENNALE JOGJA X ini.

Bagi Awang gelaran ini sangat penting untuk bertemu dengan komunitas perupa dan juga semacam

brainstorming, sekaligus menikmati karya-karya sesama perupa.

Pematung Hedi Hariyanto menyemprotkan air untuk menumbuhkan biji kacang hijau yang disebar di tanah/media tanam yang ditebarkan di sekeliling obyek utama. Diharapkan biji kacang hijau akan tumbuh selama pameran berlangsung.

Memasuki dalam gedung saya segera memotret tujuan utama saya, karya Hedi, yang berjudul

RUMAH KITA. Terbuat dari MDF, kaca/gelas, tanah/pupuk, air, dan berbagai macam benda (bahkan

mahluk hidup, karena di dalam karyanya terdapat ikan yang dimasukkan di dalam aquarium),

karya Hedi diinspirasikan oleh pesona dunia digital, dimana manusia terkurung di dalam

sangkar digitalnya masing-masing. Angka-angka melambangkan digitalisasi kehidupan manusia.

penampakan utuh karya Hedi Hariyanto, berjudul RUMAH KITA

Setelah selesai memotret, ditemani Hedi dan Awang saya berkeliling di pameran.

Jarang sekali saya punya backstage pass untuk pameran seperti ini (thank's 4 bro Hedi) beda rasanya,

apalagi ditemani teman yang memang perupa. Sungguh pengalaman yang berbeda. Karya-karya yang

dipamerkan kebanyakan lukisan modern dan instalasi.

karya ini dikelilinghi kain putih di sekelilingnya, sebagai batas atmosfer karya.

Semua bagus dan bercita rasa tinggi.

Bisa kita lihat dari foto-foto yang menyertai tulisan ini.

Ada satu lukisan yang ditutup kain goni, karya ALi Umar, yang baru pertama kalinya diundang

di BIENNALE JOGJA ini. Dari bisik-bisik beberapa orang, karyanya berupa tulisan, "TERIMA

KASIH TELAH DIUNDANG KE BIENNALE" atau tulisan semacam itu.

karya ALI UMAR berjudul TERIMA KASIH, masih tertutup kain goni.

Sebuah kejutan kecil dari Ali

Umar rupanya. Sayangnya, sampai saat tulisan ini dibuat, saya belum sempat ke Taman Budaya

untuk mengklarifikasi bisik-bisik tersebut.

Bagi saya sendiri, ini adalah suatu hiburan, rekreasi mata dan otak, dimana saya bisa

berfikir dan menikmati karya-karya seni "BARU" bukan melulu seni sebagai seni saja. Di sini

seni sebagai kritik, sebagai ajakan berfikir, ajakan menikmati, ajakan bermimpi, meneropong,

dan membiarkan otak berlayar di batas-batas keindahan dan bahkan kritikan dari seni itu

sendiri. Saling ejek dengan karya antar seniman, menimbulkan kerinduan tersendiri untuk

berkarya, dan kita bisa melihat karya yang nakal, yang sarkastis, yang buram, yang kadang

tidak pernah terpikirkan bahwa karya seperti ini akan dibuat.

Buat yang punya waktu, mengingat jangka waktunya masih sampai 10 Januari 2010, luangkanlah

waktu, jika tidak punya waktu ke gedungnya, silakan duduk di depan gedung BI dan melihat

karya perupa disana. Nikmatilah seni, sesuai kodrat kita sebagai manusia berseni dan

berkebudayaan.

beberapa karya yang dipamerkan

beberapa karya yang dipamerkan

beberapa karya yang dipamerkan (ini adalah periskop, jika kita lihat maka tiap periskop akan menghadirkan diorama yang berbeda-beda)

beberapa karya lukis yang dipamerkan

beberapa karya yang dipamerkan

beberapa karya yang dipamerkan

[caption id="attachment_37051" align="aligncenter" width="500" caption="beberapa karya yang dipamerkan: menariknya, ini dibuat dengan semacam karton/kertas."][/caption]

[caption id="attachment_37052" align="aligncenter" width="500" caption="ini juga terbuat dari kertas/karton."][/caption]

[caption id="attachment_37053" align="aligncenter" width="500" caption="karya I MADE WIDYA DIPUTRA judulnya bikin tersenyum "POST POWER SYNDROME""][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun