Tidak perlu saya ceritakan karena sudah viral. Kasus ini sarat akan makna, kalau Jendral saja berani sedemikian parah, bagaimana lagi dengan yang di bawahnya.
Minimnya Partisipasi Masyarakat.
Karena mengetahui adanya oknum-oknum yang nakal, sering sekali membuat masyarakat takut untuk bertindak bahkan tidak percaya diri untuk melaporkan.Â
Takut bertindak karena pengguna narkoba identik dengan preman, dan tidak percaya diri untuk melaporkan karena banyak oknum juga yang ikut terlibat.
Masyarakatpun terkesan mendiamkan dan terbangunlah prinsip "Asal aku tak dirugikan". Atau "Yang penting aku, anakku aman tidak ikutan", termasuk saya juga sempat begitu.Â
Tak jarang saya melihat langsung orang bertransaksi narkoba, bahkan sedang memakai namun tidak dapat berbuat apa-apa.
Tak sedikit pula saya mendengar "cerita klasik" anak-anak binaan komunitas saya, di salah satu tempat di kota Medan yang orang tuanya tertangkap saat menggunakan narkoba bisa bebas dalam beberapa hari dengan uang tebusan.
Namun, sejak menjadi korban pencurian oleh para pengguna narkoba tahun 2020 menyadarkan saya, bahwa hidup berdampingan dengan pengguna narkoba membuat hidup tidak nyaman, tidak aman dan dirugikan.Â
Bukan mengucilkan. Namun lihatlah begal, pencuri, maling hingga rampok menjadi kejahatan yang hampir setiap hari kita dengar di Medan. Tentu, Narkoba adalah pintu masuknya. Jika terus didiamkan, ini hanya masalah waktu untuk mendapat korban-korban baru.
Momentum.