Hidup manusia semata-mata anugerah, pemberian dari Sang Sumber Hidup itu sendiri. Pernyataan ini pun merupakan suatu kepercayaan, pengakuan sekaligus harapan terhadap Sang Sumber Hidup itu sendiri. Itu semua tergantung semata-mata pada belas kasih Penyelenggara Hidup. Dan, hal ini sangat jelas tergambar pada peristiwa salib Kristus.Â
Salib Yesus yang semula memang nyata ditakuti, dengan anugerah keutamaan ilahi, mendapat pencerahannya pada peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus pada Paskah. Salib Yesus menjadi jalan kemuliaan. Jalan yang dibenarkan Tuhan Allah Sendiri. Peristiwa inilah yang menggerakkan seluruh murid untuk bangkit berjuang sampai kesudahannya.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana dua orang murid berkobar-kobar hatinya berjalan ke Emaus justru setelah peristiwa salib mengerikan kalau tidak ada kebangkitan Yesus. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana para murid yang ketakutan sejak sengsara dan wafat Yesus, kembali berani dengan lantang terbuka bersaksi atas nama Yesus, tidak takut pada hujatan atau penjara jika tidak ada peristiwa Paskah.Â
Tidak bisa dibayangkan seorang martir pertama Stefanus dengan berani bersaksi atas nama Tuhan Yesus sekalipun dilempari batu sampai mati jika tidak ada kebangkitan Tuhan Yesus. Tidak bisa dibayangkan bagaimana sosok Saulus yang karena kemauan sendiri memburu orang-orang kristen untuk dibunuh malah berbalik menjadi Paulus yang gigih mewartakan kabar gembira dari Tuhan jika tidak ada kebangkitan Tuhan.
"Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia" (Galatia 6:14)
Karena itu, salib yang awalnya mengerikan justru menjadi anugerah ilahi bila dijalankan dengan tulus. Dengan salib Yesus, keselamatan terbuka lebar bagi setiap manusia. Salib Yesus yang awalnya adalah merupakan kabar buruk, kini menjadi kabar baik dan kabar gembira karena anugerah keselamatan : iman, harapan, dan kasih. Karena itu, salib Yesus diwartakan sampai ke ujung bumi.
Karena itu, tidak mengherankan ketika mendengar ada seorang perempuan -- pernah dikabarkan media massa - yang mengalami penyiksaan luar biasa karena dirampok sebelum akhirnya meninggal, ia mencium kalung salib yang dikenakannya. Dalam kesengsaraannya, dia tidak sendiri. Tuhan menyertainya bahkan di saat yang paling gelap.
UAS telah memicu pemahaman yang betul-betul hakiki terhadap kekristenan, khususnya Salib Tuhan Yesus dan salib kita masing-masing. Terimakasih untuk semuanya itu. Dan, keselamatan itu juga terbuka lebar untuk siapa saja, termasuk UAS.
Per aspera ad astra.
Blitar, 20 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H