SANG GERILYA, adalah seorang Putera/Puteri, seorang Pemuda/Pemudi Indonesia, yang taat-setia kepada PROKLAMASI dan KEMERDEKAAN 100% dengan menghancurkan SIAPA SAJA yang memusuhi Proklamasi serta Kemerdekaan 100%.
Tan Malaka,Gerpolek
Setiap pemberitaan tentang Bela Negara terbesit dalam pikiran adalah Wajib Militer.karena penyelengaranya adalah Kemenhan yang dipandegani Militer,dari AD lagi.Nggak salah kalau berpikiran Bela Negara=Wajib Militer.Lantas apa yang mesti dibela... Banyak yang alergi program ini,Saat buruh pabrik banyak yang di PHK karena pengusaha takut pada Dollar lebih perkasa daripada Rupiah selanjutnya harus bertahan hidup dengan cara sendiri,
Saat rakyat Sumatra ,Kalimantan dan Papua kena penyakit ispa karena sudah hampir 5 bulan terpapar dan terkepung asap,akibat pembakaran hutan oleh pengusaha yang kong kalikong dengan Eksekutif Daerah .Pejabat makan nangkanya tapi rakyat kena getahnya.atau Salim Kancil jadi korban konspirasi pengusaha lokal dan aparat.
Belum lagi kinerja Anggota Dewan yang menurut ahli kebijakan publik sangat memprihatikan,hanya sekitar 4 undang undang yang dihasilkan,jauh dari traget,anehnya mereka sok peduli dengan memakai masker saat pembukaan rapat,katanya sebagai bentuk kepedulian dari bencana asap.Sangat menggelikan .Siapa yang akan kita bela sekarang?Militer,Pejabat,Anggota Dewan atau Jokowi? Atau kita sendiri yang harus bela sendiri?
Pihak Militer lebih gesit daripada Sipil dialah Menteri Pertahanan kita. Sang Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu menerjemahkan beberapa program Nawa Cita dan Revolusi Mental melalui Program Bela Negara(walaupun dijaman SBY sudah digagas) itu berkata: kalau semua warga-bangsa Indonesia harus bela negara, wajib hukumnya. Tak tanggung-tanggung, bela negara ini harus diterapkan semenjak TK sampai usia 50 tahun, semua kena. Sangat Heroik. Bela negara! Bagaimana tidak heroik, kita dituntun membela negara kita?”
Dengan bela negara ini nantinya persoalan dari konflik tukang ojek sampai masalah asap yang lagi ramai,peristiwa intoleransi di Tolikara dan Aceh Singkil itu akan dengan mudah terselesaikan”,begitu kata Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal TNI Hartind Asrin
Apa bisa?(berupaya untuk positif thinking saja).Kalau ditilik kurikulum pelatihan bela negara tidak ada materi militer, yang ada baris berbaris. Inti dari kurikulum ialah lima nilai dasar, yakni cinta Tanah Air, rela berkorban, sadar berbangsa dan bernegara, meyakini Pancasila sebagai ideologi negara, serta memiliki kemampuan awal dalam bela negara baik fisik maupun nonfisik,dengan komposisi 70%-80% teori dan 30%-20% outdoor actifity seperti outbound,diasramakan selama 1 bulan, dengan jumlah peserta 100 juta orang dengan target waktu 10 tahun,bagi seluruh WNI tidak memandang bulu berbagai profesi.Betul-betul fantastis untuk menggerakan massa sebanyak itu.
Sepertinya program yang sedikit dipaksakan.Kegiatan ini selama hidup saya di Indonesia sudah saya dapat di bangku Sekolah dari SD sampai Perguruan Tinggi,dari pelajaran PMP thun 80/90an, penataran P4,PPKN sampai Film doktrin Pengkianatan PKI semuanya mengarah ke teori Bela Negara versi Orba.Tapi selanjutnya seperti dikhianati oleh negara sendiri,karena luka sejarah tahun 1965 ditutup tutupi sebetulnya negara mampu menyatakan sejarah yang sebenarnya tapi tak mau atau malah diselewengkan dan direkayasa demi kepentingan sepihak,
Dan sejak tahun itulah supremasi Militer begitu kuat,kemudian bangsa ini berpersepsi 2 ideologi yang harus hilang dari bumi Indonesia adalah Komunisme(dengan slogan “Waspada terhadap bahaya laten Komunis”) dan separatisme(“NKRI harga mati”).Akibatnya kita dipaksa untuk membenci perbedaan,gampang menyalahkan,curiga pada pergerakan penegakan hak asasi manusia,anti kritikan,anti rekonsiliasi korban G30S ,terlebih bagi pihak militer takut pada supremasi sipil.
Mengapa harus militer yang mengadakan program ini?Inilah yang menjadi banyak resistensi dari rakyat.Karena rakyat tak ingin jadi tumbal pelemparan kesalahan bila terjadi kegagalan program dan sebetulnya sipil ingin kuat seperti militer,tapi apa daya sekat-sekat akses sudah terkontrol sejak orba,walau di era reformasi militer telah merekontruksi dan mereformasi peran Militer hanya di ranah Pertahanan saja,nyatanya sekarang mulai melirik lagi ke ranah politik praktis,indikasi ini nampak begitu masifnya oknum-oknum militer “berebut lahan”secara legal maupun “legal”(dibaca ilegal) dengan oknum oknum Polisi. Tidak ada yang bisa mengontrol militer Indonesia—kecuali rakyat yang berani beraksi dan berorganisasi-berkomunitas. Ini kenyataan mengerikan. Padahal menjadi negara demokrasi, ukuran pertama dan utamanya adalah derajat kontrol terhadap militer.
Harus diakui adalah program dari Revolusi Mental(RM)yang telah memformulasikan sebuah kerangka pembangunan karakter bangsa yang terumus dalam UU RPJPN 2005-2025.Menurut RM ada 3 masalah pokok bangsa yaitu :Merosotnya wibawa negara,lemahnya sendi perekonomian negara, dan intoleransi dan krisis kepribadian bangsa.Dan untuk memperbaiki.menahan atau melawan dari 3 masalah bangsa ini diperlukan karakter yang harus dipunyai oleh setiap anak bangsa yaitu: Tangguh,Kompetitip, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,bergotong royong, patriot,dinamis berbudaya, dan berorientasi Iptek berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk menggembleng pembentukan karakter tersebut masuklah kita ke kawah candra dimuka Bela Negara.Dengan ikut Bela Negara itu kita dapat senjata yang ampuh atau mumpuni,itulah harapan Kemenhan RI.Nmaun dibalik itu Militer bisa leluasa mengontrol rakyat,militer sudah bisa melihat sejauh mana supremasi kekuatan sipil dan sipil mana yang yang pro dan bisa diajak kerjasama,sipil mana yang kontra revolusi.Takutnya nanti adalh militer pinjam tangan yang pro untuk menghantam sipil kontra.Membersihkan yang dianggap sampah tanpa mengotori tangan sendiri.
Kita sudah merdeka 70 tahun,tapi apakah kita sudah merdeka 100%? Ternyata belum.....sepertinya kita masih terus berjuang terhadap penjajahan yang tidak berbentuk nyata tapi ada. Kemiskinan, kabut asap,ketidak adilan,pejabat yang munafik,korup,sewenang wenang adalah musuh . Itu ada tapi tak bisa tersentuh.Perjuangan yng butuh strategi mumpuni dan pejuang yang tangguh.Bagai seorang gerilyawan yang harus punya tekad kuat.seperti cita-cita Revolusi Mental.
Cinta Indonesia, pasti! Walau terpaksa ,karena lahir disini,cari makan disini.keluarga disini,nggak mungkinlah cinta pada negara lain,mau kemana lagi....Sesulit apapun ,seberat apaupun hidup ini,sebajingannya pejabat dan aparat,,,harus kuat bertahan ,secuek apapun pejabat angkuh yang buta tuli hati nuraninya,tidak ngaruh karena ini adalah perutku dan ususku.Aku rapopo..aku mah gitu orangnya
Sikap bela negara bagiku adalah sikap seorang Gerilyawan
Bagai Sang gerilya di medan tempur kehidupan. SANG GERILYA, adalah seorang Putera/Puteri, seorang Pemuda/Pemudi, seorang Indonesia, yang taat-setia kepada PROKLAMASI dan KEMERDEKAAN 100% dengan menghancurkan SIAPA SAJA yang memusuhi Proklamasi serta kemerdekaan 100%.
SANG GERILYA, tiadalah pula menghiraukan lamanya tempoh buat berjuang! Walaupun perjuangan akan membutuhkan seumur hidupnya,
Sang Gerilya dengan tabah-berani, serta dengan tekad bergembira, melakukan kewajibannya. Yang dapat mengakhiri perjuangannya hanyalah tercapainya kemerdekaan 100%.
SANG GERILYA, tiadalah pula akan berkecil hati karena bersenjatakan sederhana menghadapi musuh bersenjatakan serba lengkap
GERPOLEK, TAN MALAKA 1948
SANG GERILYA adalah orang biasa yang bekerja di pabrik,TKI,buruh,kuli bangunan,petani, pengemis , pengamen dan PSK
SANG GERILYA adalah orang pinggiran dan yang terpinggirkan.
Mereka telah belajar dari kehidupan nyata dan tahu bagaimana menyiasati kehidupan yang begitu kejam,mereka akan terus bergerilya.entah sampai kapan.
Sang Gerilya tidak usah diajari baris berbaris agar disiplin,karena setiap hari pasti 8 Jam bekerja,terlambat masuk 1 menit saja dipotong upahnya.Tidak usah diajari nasionalisme,karena sudah berapa banyak devisa untuk negara dari para TKI.Tak perlu diajarkan melestarikan budaya,karena pengamen tari telah memperdayakan tari Ledek atau reyog atau tari Mremo ludruk di setiap perempatan lampu merah.
Tidak usah menghapalkan lagu Indonesia Raya,tapi dengarlah bahwa desahan para PSK terdengarah lirih liriknya Lagu Indonesia Raya.atau rintihan para pasien BPJS kelas 3 terdengar syahdu mendendangkan lagu kebangsaan kita.Tidak usah diajari toleransi,karena dalam jiwa ini berakar Mamayu Hayuning Pribadi,Kaluwarga,Sasama dan Bhuwana,hanya karena ajaran dari luar(Agama Samawi) itu yang membuat intoleransi,karena Agama dari rumpun Samawi adalah agama misi ini yang ingin unggul dan merasa benar dan menang sendiri.
Sang gerilya adalah patriot,belalah dada orang pinggiran itu pasti ada Garuda,dan pembuluh darahnya mengalair 36 butir pengamalan Pancasila.
Sang gerilya tidak berseragam,hanya tanda Merah Putih di dahinya,dia tahu siapa kawan dan siapa lawan.Hanya kepada temam seperjuangan mereka bisa merajut setia kawan,merasa senasib sepenanggungan dan bekerja sama bak Bis hulubis kuntul baris.
SANG GERILYA adalah KITA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H