Mohon tunggu...
Humaniora

Bela Negara ala Gue

4 November 2015   13:36 Diperbarui: 4 November 2015   14:29 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SANG GERILYA adalah  orang biasa yang bekerja di pabrik,TKI,buruh,kuli bangunan,petani, pengemis , pengamen dan PSK

SANG GERILYA adalah orang pinggiran dan yang terpinggirkan.

Mereka telah belajar dari kehidupan nyata dan tahu bagaimana menyiasati kehidupan yang begitu kejam,mereka akan terus bergerilya.entah sampai kapan.

 Sang Gerilya tidak usah diajari baris berbaris agar disiplin,karena setiap hari pasti 8 Jam bekerja,terlambat masuk 1 menit saja dipotong upahnya.Tidak usah diajari nasionalisme,karena sudah berapa banyak devisa untuk negara dari para TKI.Tak perlu diajarkan melestarikan budaya,karena pengamen tari telah memperdayakan tari Ledek atau reyog atau tari Mremo ludruk di setiap perempatan lampu merah.

Tidak usah menghapalkan lagu Indonesia Raya,tapi dengarlah bahwa desahan para PSK terdengarah lirih liriknya Lagu Indonesia Raya.atau rintihan para pasien BPJS kelas 3 terdengar syahdu mendendangkan lagu kebangsaan kita.Tidak usah diajari toleransi,karena dalam jiwa ini berakar Mamayu Hayuning Pribadi,Kaluwarga,Sasama dan Bhuwana,hanya karena ajaran dari luar(Agama Samawi) itu yang membuat intoleransi,karena Agama dari rumpun Samawi adalah agama misi ini yang ingin unggul dan merasa benar dan menang sendiri.

 Sang gerilya adalah patriot,belalah dada orang pinggiran itu pasti ada Garuda,dan pembuluh darahnya mengalair 36 butir pengamalan Pancasila.

 Sang gerilya tidak berseragam,hanya tanda Merah Putih di dahinya,dia tahu siapa kawan dan siapa lawan.Hanya kepada temam seperjuangan mereka bisa merajut setia kawan,merasa senasib sepenanggungan dan bekerja sama bak Bis hulubis kuntul baris.

 SANG GERILYA  adalah KITA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun