Setelah Indonesia merdeka, trem masih ada di Jakarta. Hingga akhirnya pada tahun 1960-an, keberadaan trem sebagai alat transportasi umum digantikan oleh bus. Jalur atau rel yang ada kemudian ditutup dengan aspal.
Berkunjung ke Proyek MRT Jakarta Fase 2
Pada Kamis, 8 Agustus 2024 lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk melihat perkembangan pembangunan mass rapid transit (MRT) Jakarta Fase 2. Acara ini merupakan kolaborasi antara Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana) dan WKJ (Wisata Kreatif Jakarta). Sebagai pemandu, ada Mbak Palupi dari Koteka dan Mbak Ira Latief dari WKJ.
Saya begitu antusias saat mendaftar acara ini. Apalagi, jalur MRT Fase 2 ini melintasi kota tua Jakarta. Setidaknya, ini bisa mengobati rasa penasaran saya terhadap trem yang pernah saya baca di novel Si Jamin dan Si Johan. Walaupun, trem tentu saja berbeda dengan MRT.
Saya dan peserta tur lainnya berkumpul jam 2 siang di Lenggang Jakarta (Taman Jajan Monas). Dari tempat ini, kami berjalan kaki menuju Galeri MRT Jakarta yang lokasinya ada di Taman Monas.
Di Galeri MRT Jakarta, ada maket kawasan Monas dengan Stasiun MRT Monas di sisi barat, dekat dengan Jalan Medan Merdeka Barat. Selain itu juga ada artefak atau benda-benda bernilai historis yang ditemukan selama proses pembangunan MRT.
Pihak MRT Jakarta memberikan informasi singkat terkait perkembangan MRT Jakarta Fase 2. Proyek ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu Fase 2A dan 2B.
Fase 2A sepanjang 5,8 KM dari Bundaran HI ke Kota. Ada 7 stasiun pemberhentian, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok dan Kota. Fase 2A ini dibagi menjadi 3 paket kontrak atau contact package. Yaitu, CP 201 (Stasiun Thamrin - Stasiun Monas), CP 202 (Stasiun Harmoni - Stasiun Sawah Besar - Stasiun Mangga Besar), dan CP 203 (Stasiun Glodok - Stasiun Kota).
Sedangkan Fase 2B sepanjang 5.2 KM dari Kota ke Ancol dengan stasiun pemberhentian di Mangga Dua, Gunung Sahari, dan Ancol.