Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Di Era Digital, Banyak Orang Masih Suka Membaca Buku Fisik

14 Juli 2024   02:08 Diperbarui: 14 Juli 2024   05:51 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: freepik.com/freepik

Meskipun era digital telah membawa banyak kenyamanan dan kemudahan dalam mengakses informasi, nyatanya banyak orang masih menikmati membaca buku fisik.

Kecintaan orang kepada buku fisik ini sempat disinggung oleh mbak Mirna Yulistianti (editor sastra Gramedia Pustaka Utama) di Bentara Budaya Jakarta pada Sabtu, 13 Juli 2024 kemarin.

Saat itu mbak Mirna menjadi narasumber pada sesi kongkow yang mengambil tema "Karya Sastra dari Sudut Pandang Editor". Sesi ini adalah bagian dari acara Kongsi (Kongkow Fiksi Kompasiana) Volume 1.

Pada tulisan ini saya tidak membahas acara Kongsi. Mungkin, saya akan menulisnya pada lain kesempatan. Saya tergelitik untuk menelaah lebih lanjut tentang buku fisik yang masih memiliki tempat di hati pembacanya pada era digital ini.

Bagi banyak orang, membaca buku fisik adalah pengalaman yang mendalam dan memuaskan yang melibatkan lebih dari sekadar membaca kata-kata di halaman.

Salah satu alasan utama adalah pengalaman sensorik yang ditawarkan oleh buku fisik. Aroma khas kertas dan sentuhan halaman yang lembut di tangan memberikan sensasi yang tidak dapat ditiru oleh perangkat elektronik.

Aroma Kertas

Aroma kertas memiliki daya tarik tersendiri yang mampu memikat indra penciuman banyak orang. Salah satu alasan utama mengapa orang suka aroma kertas adalah karena aroma tersebut seringkali dikaitkan dengan kenangan dan pengalaman positif.

Misalnya, aroma buku baru dapat mengingatkan seseorang pada masa-masa sekolah atau saat-saat membaca buku favorit di masa kecil. Kenangan ini memberikan rasa nostalgia yang menyenangkan dan memberikan kenyamanan emosional.

Selain itu, aroma kertas juga memiliki komponen kimiawi yang menarik. Kertas terbuat dari pulp kayu yang mengandung lignin, zat yang memberikan aroma khas ketika kertas tersebut mengalami oksidasi.

Proses produksi kertas juga melibatkan berbagai bahan kimia yang, ketika terurai, menghasilkan senyawa aromatik seperti vanillin yang memberikan nuansa manis dan lembut.

Kombinasi aroma ini memberikan sensasi yang menyenangkan dan membuat banyak orang merasa lebih rileks dan fokus saat mencium aroma kertas.

Membaca buku fisik, lengkap dengan aroma kertasnya, memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan otentik dibandingkan membaca buku digital.

Aroma kertas menjadi bagian integral dari ritual membaca, menciptakan suasana yang tenang, dan mendukung proses pembelajaran serta eksplorasi.

Sentuhan pada Halaman Buku

Orang juga suka sensasi sentuhan halaman buku. Hal ini memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan personal dibandingkan dengan membaca dari layar digital.

Sentuhan fisik dari halaman buku dapat menciptakan koneksi emosional yang kuat antara pembaca dan cerita. Sementara, proses membuka halaman demi halaman memberi perasaan pencapaian yang nyata, seiring dengan kemajuan dalam cerita.

Tekstur kertas, suara halaman yang dibalik, dan bahkan bau khas buku bisa membawa kenangan dan perasaan nostalgia yang tidak bisa didapatkan dari e-book atau format digital lainnya.

Mengurangi Screen Time

Selain karena aroma kertas dan sentuhan pada halaman buku, orang lebih suka membaca buku fisik karena dapat memberikan istirahat dari layar elektronik yang sering mendominasi kehidupan kita sehari-hari.

Terlalu banyak waktu di depan layar (screen time) dapat menimbulkan efek negatif. Misalnya, menyebabkan ketegangan mata dan kelelahan digital.

Dengan memilih buku fisik, pembaca dapat menikmati waktu berkualitas tanpa gangguan notifikasi atau sinar biru yang bisa mengganggu kesehatan mata. Sehingga, pembaca bisa lebih mudah tenggelam dalam dunia yang diciptakan oleh penulis.

Buku fisik juga tidak memerlukan baterai atau koneksi internet. Sehingga, bisa dibawa dan dibaca di mana saja, kapan saja, tanpa khawatir tentang kehabisan daya atau sinyal.

Nilai Estetika, Budaya, dan Sentimental

Selanjutnya, ada juga aspek estetika dan budaya yang berkontribusi pada kecintaan terhadap aroma kertas. Dalam budaya literasi, buku dan kertas sering kali dianggap sebagai simbol pengetahuan dan kebijaksanaan.  

Koleksi buku di rak atau perpustakaan pribadi mencerminkan minat dan perjalanan intelektual seseorang. Banyak orang menganggap buku fisik sebagai barang koleksi yang berharga. Memiliki rak buku penuh dengan berbagai judul akan memberikan rasa kebanggaan dan kepuasan tersendiri.

Buku fisik juga sering kali dianggap sebagai hadiah yang bermakna dan personal. Setiap buku memiliki ceritanya sendiri, bukan hanya dari isi yang terkandung di dalamnya, tetapi juga dari kenangan saat pertama kali membacanya atau dari siapa buku tersebut didapatkan.

Dengan demikian, meskipun teknologi terus berkembang, banyak orang tetap setia pada buku fisik karena alasan emosional dan praktis yang kuat. Semua ini menambah nilai sentimental dari buku fisik yang tidak dapat digantikan oleh format digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun