Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

46 Orang Tinggal dalam 1 Rumah, Bukti Makin Sulitnya Memiliki Tempat Tinggal?

11 Juli 2024   21:29 Diperbarui: 11 Juli 2024   21:34 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah berita tentang keberadaan rumah yang dihuni 46 jiwa sedang viral di media sosial. Rumah tersebut berada di kawasan padat penduduk di Kota Cimahi, Jawa Barat.

Terlihat dalam satu unggahan video, petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) KPU Kota Cimahi tengah meninjau rumah tersebut. Stiker-stiker tanda bukti pencocokan dan penelitian (coklit) tertempel berderet di dinding rumah tersebut.

Rumah dengan luas 70 m persegi ini dihuni 18 kepala keluarga dan 46 jiwa. Akses masuknya berupa gang sempit yang hanya bisa dilalui oleh sepeda motor dan pejalan kaki.

Saya merasa prihatin saat menonton video tersebut. Ada sebuah kecamuk di pikiran, apakah rumah yang layak makin sulit untuk dimiliki?

Harga Rumah Kian Melambung

Nyatanya, rata-rata harga rumah di Indonesia memang semakin mahal. Harga rumah di kota besar di Indonesia terus mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun.

Hasil riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) melaporkan harga rata-rata rumah yang menembus 23 kali pendapatan tahunan!

Dalam laporannya, tim peneliti LPEM FEB UI menampilkan perbandingan harga rumah dengan total pendapatan per tahun. Kota Medan menempati urutan teratas untuk harga rumah tertinggi di Indonesia.

Rata-rata harga rumah di Medan 23,5 kali rata-rata pendapatan tahunan. Di urutan selanjutnya ada Surabaya (21,33 kali), Batam (20,94 kali), Makassar (19,78 kali gaji), dan Jakarta  (19,76 kali).

Fenomena tingginya harga hunian ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pertumbuhan populasi, urbanisasi yang cepat, dan permintaan tinggi untuk hunian di area strategis.

Kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, atau Medan menjadi pusat ekonomi dan bisnis. Ini menjadi daya tarik bagi banyak orang untuk tinggal dan bekerja di sana.

Akibatnya, permintaan akan properti di kota-kota besar ini melonjak. Sementara, ketersediaan lahan yang terbatas mendorong harga semakin tinggi.

Selain itu, investasi properti juga menjadi salah satu pilihan favorit bagi banyak orang. Properti dianggap sebagai aset yang relatif aman dan menguntungkan dalam jangka panjang.

Banyak investor, baik domestik maupun asing, berlomba-lomba membeli properti di kota besar untuk dijadikan investasi atau disewakan. Hal ini semakin memperketat persaingan dan mendorong harga rumah naik lebih cepat.

Tantangan untuk Memiliki Hunian

Tingginya harga rumah membawa tantangan tersendiri, terutama bagi masyarakat kelas menengah dan bawah. Banyak dari mereka kesulitan untuk membeli rumah di kota besar karena harga yang sudah tidak terjangkau.

Pemerintah dan pihak terkait perlu mencari solusi untuk mengatasi masalah ini. Misalnya dengan menyediakan hunian terjangkau. Selain itu, pemerintah perlu memperluas program kredit rumah dengan bunga rendah. Selanjutnya, mengembangkan area suburban yang terintegrasi dengan pusat kota.

Dengan demikian, diharapkan setiap lapisan masyarakat tetap memiliki akses untuk memiliki tempat tinggal yang layak.

Milenial Bisa Memiliki Rumah Sendiri?

Membeli rumah, terutama bagi generasi milenial, bisa menjadi tantangan besar. Namun, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk mewujudkan impian memiliki rumah sendiri.

Pertama, penting bagi generasi milenial untuk memulai dengan menabung secara konsisten. Menyisihkan sebagian dari penghasilan setiap bulan ke dalam tabungan khusus untuk DP rumah bisa sangat membantu.

Selain itu, milenial juga perlu mengelola keuangan dengan cermat. Serta, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu dan mencari sumber pendapatan tambahan jika memungkinkan.

Kedua, memanfaatkan program pemerintah atau bank yang menawarkan fasilitas KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dengan bunga rendah atau subsidi bisa menjadi solusi yang efektif.

Beberapa program pemerintah dirancang khusus untuk membantu kelompok muda yang berpenghasilan menengah ke bawah agar lebih mudah mengakses kepemilikan rumah. Selain itu, bank seringkali memiliki penawaran khusus untuk pembeli rumah pertama kali yang bisa dimanfaatkan.

Terakhir, penting bagi generasi milenial untuk mencari informasi dan melakukan riset pasar properti secara menyeluruh. Mengetahui lokasi-lokasi yang sedang berkembang namun masih memiliki harga yang relatif terjangkau adalah kunci.

Pertimbangkan juga untuk membeli properti yang lebih kecil atau apartemen sebagai langkah awal juga bisa menjadi pilihan yang bijak. Dengan pendekatan yang tepat dan perencanaan keuangan yang matang, memiliki rumah bukan lagi mimpi yang mustahil bagi generasi milenial.

Sumber:

https://m.antaranews.com/berita/4189515/petugas-pantarlih-cimahi-termukan-satu-rumah-dihuni-oleh-46-jiwa

https://www.detik.com/properti/berita/d-7385349/harga-rumah-makin-gila-tembus-23x-gaji-tahunan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun