"Aku sekarang kerja di BSD. Tapi hari ini libur, lagi di Kebayoran."
"Mampir sini, Sam. Aku kasih alamatku."
Aku semakin besar kepala. Yeni pasti kangen.
Aku buru-buru bangkit dari kursiku. Kusodorkan selembar uang sepuluh ribu kepada penjual warung.
"Kalo lebih ambil saja," kataku.
"Lebih? Kurang dua ribu!"
Aku nyengir. Kurogoh saku celanaku, lalu kuberi dia empat keping logam lima ratusan.
Kutelusuri jalan ibukota yang macet seperti biasanya. Alamat baru Yeni mudah aku temukan. Kurang dari sepuluh menit, aku sudah berdiri di depan pagar sebuah rumah bercat toska.
Kupencet bel di pagar. Tak lama pintu rumah terbuka. Yeni berdiri dengan senyumnya. Masih manis saja seperti dulu. Ia pun berjalan menghampiriku yang berdiri di luar pagar.
"Kamu makin cantik, Yen!"
"Ah, kamu merayuku!"
Aku tertawa kecil. Yeni juga.
"Tapi beneran, kamu tambah cantik sekarang, meski pakai baju oversize. Kamu lebih subur, naik berapa kilo?"
"Aku lebih subur?"
Aku mengangguk pelan.