"Halo, Robi! Piye kabare?"
"Halo, Sam! Apik-apik kabare. Kamu dimana?"
"Ini lagi main di Jakarta. Kamu sibuk, nggak?"
"Waduh, Sam! Aku lagi dinas keluar kota."
Wah, sayang banget! Aku tak bisa ketemu Robi.
Aku masuk ke warung kopi di luar stasiun. Hanya berdua saja dengan si penjual. Kunikmati segelas kopi hitam dan dua potong pisang goreng.
Aku coba ingat-ingat, siapa lagi temanku yang ada di Jakarta. Muncul wajah Yeni, mantan pacarku. Apa kabar dia sekarang?
Aku ketemu Yeni sewaktu aku pertama kali kerja di Jakarta. Dia dari Kediri. Dua tahun pacaran, sebelum putus karena dia ingin aku melamarnya.
Aku perlu waktu.
Dia perlu jawaban segera.
Aku tak lagi menyimpan nomornya, kuhapus waktu kami putus. Tapi nomor telepon rumah kost-nya masih kusimpan. Segera kuhubungi nomor itu.
"Halo?"
"Halo. Mbak Putri, ya?"
"Iya. Mau ketemu siapa?
"Yeni."
"Dia sudah pindah."
"Oh.
"Tapi aku punya nomor teleponnya."
Ternyata masih ada keberuntungan buatku. Aku hubungi Yeni di nomor yang baru saja kuterima.
"Halo?"
"Halo. Ini Yeni, ya?"
"Iya. Ini siapa?"
"Kamu lupa suaraku?"
"Sam, ya? Wah, piye kabare? Sekarang di mana?"
Yeni memberondongku dengan banyak pertanyaan. Aku tersenyum senang, sepertinya dia kangen padaku.