Transisi energi dari dari sumber fosil ke energi terbarukan bukan lagi opsi, melainkan sebuah keharusan. Hal ini sebagai upaya pengurangan dampak dari perubahan iklim.
Dalam proses transisi energi, perempuan punya peran penting. Dalam lingkup paling kecil, yaitu rumah tangga, perempuan punya tanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya.
Perubahan sumber energi dalam rumah tangga telah mengalami perubahan dari masa ke masa. Selama itu pula, perempuan selalu hadir dan menjadi penanggung jawab utama di dalam pengelolaannya.
Dulu, kayu bakar menjadi sumber energi utama yang digunakan untuk memasak. Kayu bakar mudah ditemukan dan biayanya juga relatif murah. Namun, penggunaan kayu bakar menimbulkan berbagai masalah, seperti polusi udara dalam ruangan dan deforestasi.
Seiring perkembangan teknologi, masyarakat mulai beralih ke sumber energi yang lebih efisien dan bersih. Minyak tanah kemudian menjadi alternatif sumber energi rumah tangga.
Minyak tanah lebih mudah digunakan dan menghasilkan panas yang lebih besar dibandingkan dengan kayu bakar. Selain itu, polusi udara dalam ruangan juga berkurang, meskipun tidak sepenuhnya hilang.
Perubahan sumber energi terus berlanjut dari waktu ke waktu. Saat ini, banyak rumah tangga yang telah beralih ke sumber energi yang lebih modern dan ramah lingkungan, seperti gas alam dan listrik.
Gas alam lebih efisien dan bersih dibandingkan minyak tanah. Sementara itu, listrik memberikan kemudahan dan fleksibilitas, serta memungkinkan penggunaan berbagai peralatan elektronik. Perubahan ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Sayangnya, listrik yang digunakan secara masif saat ini sebagian besar masih menggunakan bahan bakar fosil, yaitu batubara dan minyak bumi, sebagai sumber energinya. Masalah lainnya hadir, yakni terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim sebagai akibat dari eksploitasi bahan bakar fosil yang besar-besaran.
Di satu sisi, penggunaan listrik memang bisa mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Namun, di sisi lain penggerak atau penghasil listrik menggunakan sumber energi yang tidak ramah lingkungan.
Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) atau renewable energy menjadi solusi. Bahan bakar fosil yang digunakan sebagai pembangkit listrik digantikan dengan dan sumber energi yang tak pernah habis dan ramah lingkungan. Sumber energi ini seperti angin, ombak, dan panas matahari.
Selama proses transisi ini, perempuan juga memiliki peranan yang penting dalam upaya global mencapai keberlanjutan energi dan mengatasi perubahan iklim. Jika sebelumnya perempuan memiliki tanggung jawab signifikan dalam mengelola penggunaan energi rumah tangga, maka saat ini perempuan juga perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai energi terbarukan.
Namun, saat ini perempuan masih kurang terwakili di sektor energi, terutama di posisi kepemimpinan dan teknis. Padahal inklusi perempuan dalam industri energi dapat memperkaya pengambilan keputusan dan memperkuat kebijakan energi.
Beberapa program dan inisiatif telah diluncurkan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam sektor energi ini. Misalnya melalui pendidikan STEM (science, technology, engineering, mathematics) maupun pelatihan keterampilan kerja. Dengan memberikan kesempatan yang setara kepada perempuan untuk berkarir di sektor energi, maka akan tercipta kesetaraan gender di sektor energi.
Lebih jauh lagi, perempuan memainkan peran penting dalam advokasi dan penggerak komunitas untuk mendukung transisi energi. Perempuan bisa terlibat aktif dalam gerakan lingkungan dan mempromosikan kebijakan energi bersih. Misalnya, memperkenalkan program panel surya kepada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.
Perempuan juga perlu berada di barisan terdepan dalam menuntut perubahan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya energi terbarukan. Perempuan bisa menjadi teladan dalam praktik-praktik hemat energi. Hal ini akan mengubah pola pikir dan perilaku dalam jangka panjang.
Dengan memberdayakan perempuan dan mendukung peran mereka dalam transisi energi ini, maka akan tercipta perubahan yang lebih cepat dan efektif menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil bagi semua.
Kolaborasi antara pemangku kepentingan perlu dilakukan dalam implementasi transisi energi adil. Seperti yang dilakukan oleh Oxfam, organisasi internasional yang fokus pada isu keadilan sosial, yang turut mendukung transisi energi adil dan keterlibatan peran perempuan di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H